Gambar Sampul Antropologi  · Bab 2 AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Antropologi · Bab 2 AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Emmy Indriyawati

22/08/2021 08:16:31

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Sejak masa proto se-

jarah, manusia telah memi-

liki kesadaran sebagai

makhluk ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa. Kesadar-

an ini, antara lain diwujud-

kan dalam bentuk pemba-

ngunan tempat peribadat-

an, sebagai tempat yang

disucikan untuk menyam-

paikan pemujaan dan pe-

nyembahan kepada Sang

Pencipta dengan cara yang

mereka yakini. Manusia

mengenal agama sebagai

saluran utama dalam men-

jalin komunikasi dengan

Sang Maha Pencipta.

Sejauh manakah agama berpengaruh dalam kehidupan

manusia? Agar Anda lebih jelas dan paham mengenai agama,

pelajarilah bab ini dengan baik.

BAB 2

AGAMA DALAM KEHIDUPAN

MANUSIA

Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:

x

dapat menjelaskan pengertian agama;

x

dapat mendeskripsikan unsur-unsur agama;

x

dapat mendeskripsikan perbedaan agama, kepercayaan, dan kebudayaan;

x

dapat membedakan agama alam dan agama wahyu;

x

dapat mendeskripsikan kepercayaan yang berkembang di berbagai suku di

Indonesia;

x

dapat mendeskripsikan agama yang berkembang di Indonesia;

x

dapat menunjukkan dampak perilaku keagamaan dalam kehidupan

bermasyarakat;

x

dapat menjelaskan fungsi agama.

Kata-Kata Kunci

x

Agama

x

Kepercayaan

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk Pelajar,

2005

Sumber:

Ensiklopedi

Nasional Indonesia,

1997

Antropologi SMA Jilid 2

68

Agama dalam

Kehidupan Manusia

69

A. Pengertian Agama

Agama mengandung pengertian yang berhubungan serta

mengatur segala aspek kehidupan manusia yang bersifat rohaniah

dan bersifat jasmaniah. Agama sebagai pengatur hidup akan dapat

dirasakan manfaatnya apabila pemeluknya menghayati dan

mengamalkan ajaran agamanya itu.

Istilah agama dalam bahasa Inggris dikenal sebagai

religion

,

sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah

religie

,

serta dalam bahasa Arab dipergunakan kata

ad din

. Ad din

merupakan suatu istilah untuk menyebut satu macam ilmu yang

berdasarkan iman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang

disampaikan kepada Rasul atau utusan-Nya dengan jalan wahyu.

Dalam bahasa Latin, istilah religion berasal dari kata

re-eligare

,

yang berarti memilih kembali dari jalan sesat ke jalan Tuhan.

Istilah agama, semula berasal dari bahasa Sanskerta yang

terdiri atas tiga suku kata, yakni:

a

,

gam,

dan

a

. Huruf:

a

sebagai

awal kata mengandung makna:

tidak

, kata:

gam

sebagai akar

kata kerja berarti pergi, sedangkan huruf:

a

sebagai akhiran tidak

mengandung makna apapun. Dengan demikian istilah agama dalam

bahasa Sanskerta berarti tidak pergi, tetap di tempat, langgeng,

abadi. Istilah agama dalam bahasa Sanskerta juga bisa diartikan

sebagai suatu doktrin, atau aturan tradisional yang suci.

Pengertian agama dalam arti jiwa kerohanian agama yang

bersangkutan mengandung makna sebagai dharma dan kebenaran

abadi yang mencakup seluruh kehidupan manusia.

Adapun menurut pendapat Anthony FC Wallace, dalam

bukunya yang berjudul “

An Antropological View

“, definisi agama

adalah seperangkat upacara, yang diberi rasionalisasi mitos, dan

yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural dengan

maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu

perubahan keadaan pada manusia atau alam. Jadi, menurut

pandangan Wallace, agama dapat dipandang sebagai kepercayaan

dan pola perilaku, yang oleh manusia digunakan untuk

mengendalikan aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikan

manusia.

Ogburn dan Nimkoff dalam bukunya yang berjudul “

Sociolo-

gy

” mendefinisikan agama sebagai suatu pola akidah-akidah atau

kepercayaan-kepercayaan, sikap emosional dan praktik-praktik

yang dipakai oleh sekelompok manusia untuk mencoba meme-

cahkan soal-soal “

ultimate

“ dalam kehidupan manusia. Dalam hal

ini Ogburn dan Nimkoff hanya memandang agama sebagai suatu

gejala sosial dan tidak menyebut agama sebagai pegangan atau

tuntunan bagi kehidupan manusia.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

menjelaskan penger-

tian agama.

Diskusikan dengan ke-

lompok Anda tentang

pengertian agama dari

beberapa ahli. Carilah

buku-buku/literatur di

perpustakaan, majalah,

atau internet. Buatlah

kesimpulan mengenai

hal tersebut, lalu lapor-

kan di depan kelas.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal

dan Sosial)

Antropologi SMA Jilid 2

70

Emile Durkheim, merumuskan definisi agama sebagai suatu

keseluruhan yang bagian-bagiannya saling bersandar satu sama

lain, terdiri atas akidah-akidah (kepercayaan) dan ibadat-ibadat,

semuanya dihubungkan dengan hal-hal yang suci dan mengikat

pengikutnya dalam suatu masyarakat religius.

Secara operasional Mircea Eliade dalam bukunya yang

berjudul “

The Sacred and the Profane

“ menjelaskan bahwa

seorang beragama ialah orang yang menyadari perbedaan-

perbedaan pokok antara yang suci dan yang biasa (profan), serta

mengutamakan yang suci.

B. Unsur-Unsur Agama

Pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara agama dan religi.

Dalam praktiknya di Indonesia sebutan agama hanya dibatasi pada

semua sistem religi yang secara resmi diakui oleh negara, artinya

agama yang mengajarkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, memiliki Nabi sebagai pendiri agama, memiliki Kitab Suci,

memiliki umat yang menganutnya, diakui keberadaannya di dunia

internasional, memiliki tempat ibadah khusus, dan terdapat kegiatan

ritual.

Secara terperinci Koentjaraningrat mengemukakan bahwa

tiap religi merupakan suatu sistem yang terdiri atas empat

komponen, yaitu sebagai berikut.

1.

Emosi keagamaan

yang menyebabkan manusia menjadi

religius.

2.

Sistem kepercayaan

yang mengandung keyakinan serta

bayangan-bayangan manusia tentang sifat-sifat Tuhan serta

tentang wujud dari alam gaib.

3.

Sistem upacara religius

yang bertujuan mencari hubungan

manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk-makhluk

halus yang mendiami alam gaib.

4.

Kelompok-kelompok religius

atau kesatuan-kesatuan

sosial yang menganut sistem kepercayaan dan yang melakukan

upacara-upacara religius.

Komponen sistem kepercayaan, sistem upacara religius, dan

kelompok-kelompok religius yang menganut sistem kepercayaan

dan menjalankan upacara-upacara religius merupakan ciptaan dan

hasrat akal manusia, sedangkan komponen emosi keagamaan

digetarkan oleh cahaya Tuhan.

Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang mengge-

rakkan jiwa manusia. Hal tersebut dapat dirasakan manusia dalam

keadaan seorang diri dan dalam kondisi lingkungan yang sunyi

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

mendeskripsikan un-

sur-unsur agama.

Sebagai umat beraga-

ma, kita harus saling

menghormati agama

dan kepercayaan orang

lain.

Coba sebutkan contoh-

contoh konkret tindakan

menghormati agama

dan kepercayaan orang

lain yang harus dilaku-

kan agar tercipta keru-

kunan dalam masyara-

kat.

Bandingkan ide Anda

dengan ide teman-te-

man Anda.

MOTIVASI

Agama dalam

Kehidupan Manusia

71

senyap. Dalam keadaan demikian manusia dapat berdoa dengan

khidmat sambil membayangkan Tuhan, dewa, roh atau lainnya yang

merupakan wujud keyakinan religiusnya.

Sistem kepercayaan dalam suatu religi dijiwai oleh emosi

keagamaan, tetapi sebaliknya emosi keagamaan juga bisa

terpengaruh oleh sistem kepercayaan. Sebagai contoh: seorang

umat Katolik yang masuk ke dalam gereja Katolik dan melihat

kemegahan altar dengan salib dan patung Yesus, bisa merasakan

emosi dalam dirinya yang menimbulkan perasaan khidmat, hormat,

teduh, dan perasaan yang cenderung mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Padahal bagi orang yang bukan beragama

Katolik apabila masuk ke gereja tersebut tidak merasakan apa-

apa dalam dirinya, dingin tanpa emosi sama seperti bila melihat

benda-benda serupa di toko atau di tempat lain. Dalam hal ini

benda-benda yang ada di dalam gereja seperti salib dan patung

Yesus merupakan unsur-unsur utama dalam sistem kepercayaan

Katolik. Unsur-unsur utama dalam sistem kepercayaan masing-

masing agama berbeda-beda, salah satu unsur yang sama adalah

Kitab Suci

, karena setiap agama berpedoman pada ajaran Kitab

Suci. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika orang bisa

sedemikian marah dan tersingggung jika benda-benda yang

merupakan bagian dari sistem kepercayaannya disia-siakan orang

lain. Banyak konflik horizontal yang berbau SARA meletus karena

letupan emosi keagamaan.

Sistem kepercayaan erat kaitannya dengan sistem

upacara-upacara religius dan menentukan tata urutan dari

pada unsur-unsur, acara serta rangkaian alat-alat yang

dipergunakan dalam upacara religius.

Adapun sistem upacara religius itu melambangkan

konsep-konsep yang terkandung dalam sistem kepercayaan.

Sistem upacara merupakan wujud kelakuan (

behavioral

manifestation

) dari religi. Seluruh sistem upacara tersebut

terdiri atas aneka macam upacara yang bersifat harian,

musiman atau secara insidental. Masing-masing upacara

religius terdiri atas kombinasi berbagai macam unsur

upacara, di mana antara agama satu dan lainnya belum tentu

sama. Unsur-unsur upacara tersebut, antara lain: berdoa,

bersujud, berkorban, bersaji, berprosesi, berseni drama suci,

berpuasa, bersemedi, dan sebagainya.

Berbagai bentuk peralatan yang dipergunakan dalam

upacara religius setiap agama juga berbeda, misal berupa:

sajadah, bedug, lonceng, organ, patung suci, gong, dan

sebagainya. Semua merupakan hasil akal manusia, maka

sistem upacara merupakan bagian dari kebudayaan. Meski

demikian upacara keagamaan tidak lengkap/tidak sempurna

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.1 Kekhusukan seseorang

dalam menjalankan ritual ibadat sesuai

agama yang dianutnya, merupakan

bentuk emosi keagamaan. Benda-benda

yang dipergunakan dalam ibadat

menambah kuatnya emosi keagamaan

tersebut.

Antropologi SMA Jilid 2

72

jika tidak dijiwai dengan emosi keagamaan yang

memunculkan perasaan khidmat, agung dan

berserah diri. Munculnya emosi keagamaan meru-

pakan anugerah dari Tuhan.

Komponen yang merupakan pelaku sistem

upacara religius adalah para pengikut atau umat

yang tergabung dalam kesatuan sosial atau

kelompok religius, sebagai umat yang menganut

sistem upacara religius tersebut.

Kelompok religius ini bisa terdiri atas:

1.

keluarga inti;

2.

kelompok kekerabatan yang lebih luas;

3.

kesatuan komunitas;

4.

organisasi religius.

Kelompok dan kesatuan religius tersebut pada umumnya

berorientasi terhadap sistem kepercayaan dari religi yang bersang-

kutan dan secara berulang atau sebagian atau dalam keseluruhan-

nya secara periodik berkumpul untuk melakukan sistem upacara-

nya.

Jika disusun bagan hubungan antara unsur-unsur dalam suatu

agama dapat digambarkan sebagai berikut.

C. Perbedaan Agama, Kepercayaan, dan Kebu-

dayaan

Dalam kehidupan di dunia ini, kita pasti memeluk suatu agama.

Dengan agama, kehidupan kita akan teratur, baik dalam aspek

jasmaniah maupun rohaniah. Sebagai manusia yang beragama kita

harus menghayati dan mengamalkan ajaran agama kita masing-

masing. Oleh karena itu agama dapat dijadikan sebagai landasan,

Sistem kepercayaan

Emosi keagamaan

Kelompok keagamaan

Sistem upacara keagamaan

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

mendeskripsikan per-

bedaan agama, keper-

cayaan, dan kebuda-

yaan.

Lakukan pengamatan

terhadap agama/religi

dan sistem kepercaya-

an yang ada di ling-

kungan Anda.

Fokuskan pengamatan

Anda mengenai hu-

bungan perbedaan

agama/religi dan ke-

percayaan dengan ke-

rukunan hidup berma-

syarakat.

Tinjaulah dari aspek

antropologi. Lalu pre-

sentasikan hasil peng-

amatan Anda di depan

kelas.

Cakrawala Budaya

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.2

Keluarga merupakan kelompok

religius yang paling kecil.

Agama dalam

Kehidupan Manusia

73

pegangan, dan tuntunan untuk berbuat dan berperilaku dalam

menghadapi segala macam permasalahan kehidupan.

Agama mengandung tiga inti pokok dasar sebagai berikut.

1.

Iman.

2.

Ibadat (

liturgi

).

3.

Akhlak.

Iman merupakan kekuatan abstrak yang dapat menyatukan

dan menggalang persatuan antara anggota masyarakat. Iman

menggerakkan setiap anggota masyarakat untuk beramal, baik

dalam bentuk ibadat maupun dalam bentuk amal lainnya demi

kepentingan bersama.

Ibadat (

liturgi

) mempunyai peran ganda sebagai berikut.

1.

Sebagai pengatur hubungan setiap pribadi dengan Sang Pencipta.

2.

Sebagai alat untuk mengatur hubungan antara sesama manusia.

Akhlak sebagai bagian pokok agama merupakan bagian dari

pembentukan sikap mental yang merupakan syarat terpenting

dalam membina dan memelihara ketenteraman masyarakat. Jika

dalam suatu masyarakat yang anggotanya terdiri atas pribadi-

pribadi berakhlak baik, akan terbina dan terpelihara ketenteraman.

Dengan demikian akhlak merupakan kekuatan moral serta

pencerminan dari kebersihan dan kesucian jiwa yang mempunyai

kekuatan lebih dari hukum, undang-undang atau peraturan-

peraturan lainnya.

Pada masa kehidupan manusia purba, kehidupan manusia

sangat bergantung pada keadaan alam sekitarnya. Manusia purba

belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengatasi segala

bentuk perubahan alam. Mereka selalu berusaha semaksimal

mungkin untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam mengatasi berbagai bentuk perubahan alam lingkungan di

sekitarnya. Ketergantungan hidup manusia purba terhadap kondisi

alam memunculkan pola pemikiran yang mengakui adanya

Tuliskan perkembang-

an agama-agama yang

ada di Indonesia, be-

serta dinamika yang ter-

jadi karena adanya

perbedaan agama ter-

sebut.

Mengapa pada saat ini

sering terjadi konflik

yang berbau SARA?

Semangat apa yang ha-

rus kita miliki agar kon-

flik-konflik tersebut bisa

dihindarkan?

Uraikan pendapat Anda

melalui pendekatan an-

tropologi. Kumpulkan

hasil kerja Anda kepa-

da bapak/ibu guru.

Praktik Antropologi

(Apresiasi terhadap

Keanekaragaman

Agama)

S

Gambar 2.3

Seluk beluk yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadat suatu agama

tertentu, hanya dipahami secara baik oleh penganutnya.

Sumber:

http://images.google.co.id

Islam

Hindu

Buddha

Kristen

Katholik

Antropologi SMA Jilid 2

74

kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya. Mereka menghadapi

kekuatan-kekuatan gaib tersebut dengan kekuatan gaib pula, yaitu

dengan mengadakan upacara-upacara khusus sesuai dengan

kejadian atau peristiwa yang ia alami. Misal: mengalami bahaya

banjir besar mereka berupaya mengadakan upacara ritual untuk

mencegah terjadinya banjir ketika memulai bercocok tanam mereka

mengadakan upacara khusus agar hasil tanamannya baik, dan

sebagainya. Pada mulanya upacara-upacara tersebut dilakukan

secara orang perorang, namun kemudian

dengan alasan tujuan yang sama mereka

secara berkelompok menyelenggarakan

upacara bersama dan dipimpin oleh salah

seorang di antara mereka yang dianggap lebih

pintar dan dianggap memiliki kekuatan gaib

melebihi lainnya. Orang itu kemudian dikenal

sebagai

dukun

, dengan diberi kedudukan dan

status sosial yang tinggi/terhormat di tengah

kehidupan mereka.

Terjadinya berbagai peristiwa alam

yang sering menimpa masyarakat purba pada

masa itu, menjadikan masyarakat itu percaya

kepada berbagai kekuatan gaib yang lambat

laun berubah menjadi kepercayaan terhadap

banyak dewa atau

polytheisme

. Adanya sistem kepercayaan itu,

mereka mengenal adanya dewa bumi, dewa angin, dewa laut, dewa

hujan, dan sebagainya. Kehidupan masyarakat Yunani Kuno

termasuk salah satu masyarakat tertua di dunia yang memiliki sistem

kepercayaan polytheisme yang kemudian berkembang menjadi

monotheisme sampai sekarang ini.

Kepercayaan telah menjadi bagian yang melekat dalam

kehidupan manusia, bahkan di era modern sekarang ini, banyak

orang yang beragama tetapi tetap memegang teguh pada keper-

cayaan tertentu yang merupakan bagian dari kebudayaan atau

tradisi bangsanya.

Munculnya kepercayaan bersifat dari proses

pengalaman hidup yang dialami manusia berkaitan

dengan alam lingkungan sekitarnya. Keterbatasan

ilmu pengetahuan yang dikuasai manusia menumbuh-

kan pola perilaku yang berlandaskan pada kepasrahan

manusia terhadap alam lingkungan tempat ia meng-

gantungkan hidupnya. Dengan demikian kepercayaan

merupakan bagian dari kebudayaan manusia.

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.4

Sedekah Laut, merupakan salah satu ritual

kepercayaan yang dilandaskan pada tradisi kepercayaan

nenek moyang yang tetap dilestarikan dari generasi ke

generasi tanpa memengaruhi keimanan beragama justru

memperkuat landasan keimanan keagamaan mereka.

X

Gambar 2.5

Bekerja di ladang sebagai bentuk

mata pencaharian manusia, merupakan salah

satu contoh kebudayaan manusia.

Sumber:

Negara dan Bangsa,

2002

Agama dalam

Kehidupan Manusia

75

Adapun kebudayaan mengandung makna sebagai bentuk

perilaku manusia yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hi-

dupnya. Orang bekerja menanam padi utuk memperoleh makanan,

orang melakukan ritual khusus sebelum bekerja agar diperoleh

keselamatan, dan sebagainya. Apapun yang dilakukan manusia

merupakan bentuk kebudayaan. Sesuatu yang dihasilkan dari

perilaku tersebut merupakan wujud atau hasil kebudayaan manusia.

Merealisasikan agama dalam kehidupan merupakan bentuk

kebudayaan, akan tetapi agama itu sendiri bukan merupakan hasil

kebudayaan. Dengan agama manusia menjadi berbudaya atau

agama sebagai sarana membudayakan manusia.

Secara ringkas, perbedaan agama dengan kebudayaan sebagai

berikut.

1.

Agama bersumber pada wahyu Ilahi, Tuhan Yang Maha Esa,

sedangkan kebudayaan merupakan hasil pikiran dan buah

tangan manusia.

2.

Agama bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan tidak

boleh dirubah, sedangkan kebudayaan bersifat relatif dan

mengalami perubahan seirama dengan perubahan dan

perkembangan alam pikiran manusia.

3.

Agama mengandung sistem

creed

, sistem ritual, dan sistem

moral dalam mengatur segala aspek kehidupan, sedangkan

kebudayaan tidak.

4.

Agama sebagai pegangan dan tuntunan hidup, kebudayaan

sebagai aksi atau reaksi manusia terhadap alam sekitarnya.

5.

Agama sebagai alat revolusi rohani bagi pemeluknya untuk

membebaskan diri dari berbagai tekanan hidup, sedangkan

kebudayaan tidak.

D. Agama Alam dan Agama Wahyu

Berdasarkan perbedaan definisi antara agama dengan

kebudayaan, maka para ahli membedakan agama yang berkembang

dalam kehidupan masyarakat ada dua macam, yaitu sebagai berikut.

1. Agama Bumi atau Agama Alam

Agama bumi atau agama alam (

natural religion

) adalah

agama yang diciptakan manusia yang pada mulanya

merupakan sejenis filsafat hidup atau sebagai hasil penga-

laman manusia yang diperoleh dari alam lingkungannya. Dalam

kehidupan masyarakat proto sejarah yang kebudayaannya

masih tergolong primitif, agama alam (

natural religion

)

diwujudkan dalam bentuk:

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

membedakan agama

alam dan agama wahyu.

Antropologi SMA Jilid 2

76

a.

Fetishisme

adalah bentuk religi yang didasarkan pada

kepercayaan akan adanya jiwa atau roh dalam benda-

benda tertentu. Penganut kepercayaan ini melakukan

aktivitas religius berupa pemujaan terhadap benda-benda

tersebut.

b.

Animisme

adalah bentuk religi yang didasarkan pada ke-

percayaan bahwa alam sekitar manusia berdiam berbagai

macam roh. Penganut kepercayaan ini melakukan aktivitas

religius berupa pemujaan terhadap roh-roh tersebut.

c.

Animatisme

adalah bukan merupakan bentuk religi namun

merupakan sistem kepercayaan bahwa benda-benda dan

tumbuh-tumbuhan di sekeliling manusia itu memiliki jiwa

dan bisa berpikir seperti manusia. Kepercayaan ini tidak

memunculkan pemujaan terhadap benda dan tumbuhan di

sekitarnya, tetapi menjiwai religi lain.

d.

Pre animisme

adalah bentuk religi yang berdasarkan pada

kepercayaan adanya kekuatan sakti dalam segala hal yang

luar biasa dan terdiri atas aktivitas-aktivitas religius yang

berpedoman kepada kepercayaan tersebut. Kepercayaan

ini sering disebut sebagai

dinamisme

.

e.

Totemisme

adalah bentuk religi yang ada dalam masyara-

kat yang terdiri atas kelompok-kelompok kekerabatan yang

unilineal, dan berdasarkan kepercayaan bahwa kelompok-

kelompok unilineal tadi masing-masing berasal dari dewa-

dewa nenek moyang mereka. Guna mempererat kesatuan

dalam kelompok unilineal, masing-masing kelompok

tersebut mempergunakan benda-benda yang melambang-

kan dewa-dewa nenek moyang mereka.

f.

Polytheisme

adalah bentuk religi yang berdasarkan keper-

cayaan kepada satu sistem yang luas dari dewa-dewa dan

terdiri atas upacara-upacara guna memuja dewa-dewa tadi.

2. Agama Wahyu

Agama Wahyu (

revealed religion

) merupakan agama

yang diturunkan oleh Tuhan kepada Rasul atau utusan-Nya

melalui wahyu untuk disampaikan kepada manusia. Sebagai

wahyu Tuhan, agama wahyu tidak dapat diubah dan kebe-

narannya bersifat mutlak.

Hal itu disebabkan agama wahyu bersumber dari wahyu

Allah Tuhan Yang Maha Esa. Kebenaran mutlak yang terdapat

dalam agama wahyu, menyebabkan ajaran-ajarannya mudah

diterima oleh setiap generasi dan setiap masyarakat yang

memiliki berbagai bentuk kebudayaan. Adapun tujuan agama

wahyu adalah sebagai landasan, pegangan, dan tuntunan dalam

menghadapi segala macam persoalan hidup.

Carilah data tentang

berbagai macam aga-

ma yang ada di dunia

(bukan hanya yang di-

izinkan berkembang di

Indonesia) dan klasifi-

kasikan termasuk ke

dalam agama wahyu

ataukah agama alam.

Kemukakan pendapat

Anda berdasarkan ar-

gumentasi dari sumber

yang akurat, dalam dis-

kusi kelas.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Akademik

dan Apresiasi Terha-

dap Keanekaragaman

Agama)

Agama dalam

Kehidupan Manusia

77

Ajaran-ajaran dalam agama wahyu tidak dapat diubah-

ubah oleh siapapun, meskipun generasi masyarakat yang

menerima sudah berganti. Agama wahyu mengandung ajaran

yang paling lengkap, sehingga manusia tidak perlu menciptakan

ilmu-ilmu lain yang bertujuan untuk kesucian dan kebersihan

jiwa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka agama wahyu

memiliki ciri khas yang tidak ditemukan pada agama alam

yakni adanya

utusan

sebagai penerima wahyu dari Sang

Pencipta.

E. Kepercayaan yang Berkembang di Indonesia

Jauh sebelum agama wahyu turun ke bumi, manusia telah

mengenal sistem kepercayaan yang bersumber pada alam

sekitarnya. Kepercayaan tersebut sebagai bentuk kesadaran

mereka akan kedudukan manusia di bawah kekuasaan roh atau

kekuatan tertentu yang tidak nampak dan tidak mereka pahami,

tetapi diyakini keberadaannya. Demikian halnya masyarakat In-

donesia, sebelum agama masuk ke Indonesia, masyarakat Indo-

nesia telah mengenal sistem kepercayaan sebagai bagian dari pola

kehidupan mereka. Dalam hal ini sistem kepercayaan yang mereka

anut berdasarkan pada tradisi turun temurun sebagai bentuk

agama

asli

Indonesia. Sebutan ini hanya untuk membedakan antara

kepercayaan yang mereka anut sebelum kedatangan agama,

dengan kepercayaan yang berkaitan dengan agama yang diakui

resmi oleh pemerintah Republik Indonesia.

Adapun agama asli atau kepercayaan yang pernah berkem-

bang di Indonesia antara daerah yang satu dan daerah yang lain

berbeda-beda. Namun, pada hakikatnya sama yakni mengakui

adanya kekuatan gaib dan melakukan ritual-ritual khusus berkaitan

dengan pemujaan terhadap roh-roh.

1. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Nias

Suku bangsa Nias mendiami Kabupaten Nias. Kabupaten

Nias terdiri atas satu pulau besar yang utama dan beberapa

pulau kecil yang berada di sekitarnya. Pulau-pulau tersebut,

antara lain Pulau Hinako di sebelah barat, Pulau Senau, Pulau

Lafu di bagian utara, Pulau Batu di sebelah selatan, dan pulau-

pulau lain-lainnya. Pulau-pulau tersebut dikelilingi Samudra

Hindia dan bagian pedalaman tertutup hutan sekunder dengan

sungai-sungai yang relatif dangkal.

Sebelum agama masuk ke daerah Nias, penduduk asli

secara turun temurun telah mengenal sistem kepercayaan,

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

mendeskripsikan ke-

percayaan yang ber-

kembang di Indonesia.

Suatu keistimewaan

yang dimiliki oleh bang-

sa Indonesia adalah

kerumitan adat dan ke-

anekaragaman dalam

menjalankan upacara

keagamaan. Sebagai

negara kepulauan, Indo-

nesia menjadi ladang

subur bagi pertumbuh-

an agama-agama besar

di dunia. Akibatnya,

ajaran Islam, Kristen,

Hindu, dan Buddha

berkembang menye-

suaikan dengan adat di

Indonesia.

Cakrawala Budaya

Antropologi SMA Jilid 2

78

yaitu

Pelbegu

, yang artinya “penyembah roh”. Adapun para

penganutnya memberikan nama

molohe adu

, yang berarti

“penyembah adu“. Aktivitas dalam agama ini berkisar pada

penyembahan roh leluhur. Untuk itu mereka membuat patung-

patung kayu yang disebut

adu

. Patung-patung yang dipercayai

sebagai tempat roh leluhur tersebut dinamakan

adu satua

,

dan harus dirawat dengan baik.

Menurut kepercayaan umat

pelbegu

, setiap orang

memiliki dua macam tubuh, yaitu tubuh yang kasar disebut

boto

, dan tubuh yang halus, terdiri atas

noso

(nafas) dan

lumolumo

(bayangan). Jika orang meninggal maka badan

kasar (

boto

) kembali menjadi debu, sedangkan badan halus

(

noso

) kembali pada

Lowalangi

(Allah), sedangkan bayangan

atau

lumolumo

nya berubah menjadi

bekhu

(roh). Selama

belum dilakukan upacara kematian, bekhu akan tetap berada

di sekitar tempat pemakamannya, karena menurut keperca-

yaan untuk pergi ke

Teteholi Ana’a

(dunia roh) seseorang

harus menyeberangi suatu jembatan dahulu yang dijaga ketat

oleh seorang dewa penjaga dengan kucingnya (

mao

). Orang

yang berdosa dan belum diupacarakan akan didorong masuk

ke dalam neraka yang berada di bawah jembatan.

Umat Pelbegu

mempercayai bahwa kehidupan sesudah

kematian merupakan kelanjutan dari kehidupan yang sekarang,

sehingga jika semasa hidupnya menjadi orang kaya yang ber-

kedudukan tinggi maka setelah kematian pun (kehidupan di

Teteholi Ana’e

), keadaannya juga demikian. Demikian pula

sebaliknya jika di dunia hidupnya miskin, maka setelah mati

pun (kehidupan di

Teteholi Ana’e

) hidupnya juga tetap miskin.

Dalam agama Pelbegu ini, dikenal adanya dewa-dewa,

antara lain sebagai berikut.

a.

Lowolangi

adalah dewa tertinggi dan dianggap sebagai

raja segala dewa dari dunia atas.

b.

Latura Dano

adalah raja dewa di dunia bawah dan meru-

pakan saudara tua Lowolangi.

c.

Silewe Nasarata

adalah dewa pelindung para (pemuka

agama), merupakan istri Lowolangi.

Mitologi Nias terdapat dalam syair yang ditembangkan,

yang disebut

hoho

, sampai kini masih sering dinyanyikan dalam

pesta-pesta adat.

Menurut mitologi Nias yang termuat dalam

hoho

, alam

segala isinya ini diciptakan oleh Lowolangi dari beberapa warna

udara yang diaduk dengan tongkatnya yang disebut

sihai

.

Untuk menciptakan manusia, Lowolangi terlebih dahulu

menciptakan pohon kehidupan yang disebut

Tora’a

,

Sampai saat ini, kita

masih menjumpai se-

bagian masyarakat kita

yang memiliki keper-

cayaan animisme.

Coba Anda lakukan

pengamatan terhadap

lingkungan sekitar

Anda, apakah masih

ada yang melaksana-

kan kepercayaan ani-

misme?

Kumpulkan hasil kerja

Anda kepada bapak/ibu

guru.

Praktik Antropologi

(Pengamatan

Lingkungan)

Sumber:

http://images.

google.co.id

S

Gambar 2.6

Adu adalah

patung-patung dari kayu. Adu

dipercayai sebagai tempat roh

leluhur dan di sembah oleh ma-

syarakat Nias sebelum agama

masuk di daerah tersebut.

Agama dalam

Kehidupan Manusia

79

kemudian berbuah dua butir dan segera dierami oleh seekor

laba-laba emas ciptaan Lowolangi juga. Dari buah yang dierami

tersebut lahir sepasang dewa-dewa pertama yang bernama

Tuhamora’aangi Tuhamoraana’a

yang berjenis kelamin laki-

laki dan

Burutiroangi Burutiroana’a

yang berjenis kelamin

perempuan. Sepasang dewa ini menghasilkan keturunan yang

menjadi penguasa langit dengan dewa

Sirao Uwu Zihono

sebagai rajanya. Dewa ini memiliki tiga istri dan masing-

masing menghasilkan keturunan tiga anak, sehingga putranya

berjumlah sembilan. Saat dewa Sirao hendak mengundurkan

diri, terjadilah pertengkaran di antara kesembilan putranya

tersebut. Untuk mengatasi pertengkaran tersebut dewa Sirao

mengadakan sayembara berupa ketangkasan menari di atas

mata sembilan tombak (

toho

) yang dipancangkan di lapangan

muka istana. Sayembara tersebut dimenangkan oleh putra

bungsunya yang bernama

Luo Mewona

. Untuk menente-

ramkan kedelapan putranya yang lain, dewa Sirao menurunkan

mereka ke tanah Nias. Untuk menemani kakak-kakaknya itu,

Luo Mewona juga menurunkan putra sulungnya yang bernama

Silogu

di

Hiambanua Onomondra

, negeri

Ulu Moro’o

(sekarang di kecamatan Mandrehe, Nias Barat).

Dari kedelapan putra dewa Sirao yang diturunkan ke

bumi Nias hanya empat yang berhasil selamat tiba di pulau

Nias dan menjadi leluhur dari

mado-mado

(marga/klen) di

Nias. Adapun putra-putra dewa Sirao lainnya tidak berhasil

mendarat di Nias karena mengalami berbagai kecelakaan, di

antaranya sebagai berikut.

a.

Bauwadano Hia

, karena berat badannya menyebabkan

ia jatuh dan menjelma menjadi ular besar yang bernama

Da’o Zamaya Tano Sisagaro

sebagai pendukung bumi

dan penyebab terjadinya gempa.

b. Putra lainnya ada yang tercebur ke dalam air dan menjadi

hantu sungai, dan menjadi pujaan nelayan.

c. Ada yang tersangkut di pohon karena terbawa angin,

sehingga menjadi hantu hutan, sebagai pujaan pemburu.

d. Ada yang jatuh di tempat yang berbatu-batu di daerah

Laraga dan Gunung Sitoli, kemudian menjadi leluhur

orang yang berilmu kebal.

Upacara-upacara keagamaan yang berkembang pada

masyarakat Nias, antara lain sebagai berikut.

a. Upacara selamatan

Upacara selamatan di Nias, biasanya dilakukan oleh para

bangsawan. Meskipun para bangsawan memiliki kekayaan

yang banyak, belum bisa disebut kaya, jika belum memiliki

emas dan permata. Untuk menunjukkan kekayaan, maka

Antropologi SMA Jilid 2

80

seorang bangsawan melakukan upacara perayaan yang

disebut owasa (di Nias Utara) atau tawila (di Nias Selatan).

Selanjutnya para bangsawan

yang melakukan upacara terse-

but akan memperoleh gelar baru

dan hak-hak istimewa. Gelar

baru tersebut disebut si’ulu.

Adapun upacara untuk menge-

sahkan gelar si’ulu disebut upa-

cara owasa. Dalam upacara

owasa, martabat seseorang

akan naik, jika jumlah babi yang

dikorbankan sangat banyak.

Selanjutnya dagingnya dibagi-

bagikan kepada masyarakat.

b. Upacara pembersihan dosa

Upacara pembersihan dosa dilakukan bagi orang yang

melanggar aturan leluhur. Upacara pembersihan dosa

dilakukan dengan membuat patung

adu horo

yang tinggi.

2. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Mentawai

Kepulauan Mentawai terdiri atas empat pulau besar, yaitu

Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan.

Keempat pulau tersebut berada di perairan Samudra Hindia

sebelah barat Sumatra.

Kepercayaan kuno penduduk Mentawai sebelum

mengenal agama adalah masuknya berbagai macam variasi

dari konsep jiwa dan roh. Konsep jiwa dan roh yang dipercayai

penduduk Mentawai, antara lain sebagai berikut.

a.

Simagere

adalah jiwa yang menyebabkan orang hidup.

b.

Sabulungan

adalah mahkluk halus yang berusaha mele-

paskan diri dari tubuh manusia yang meninggal dan pergi

ke dunia roh atau hidup di sekitar tempat tinggal manusia

di dalam bumi, air, udara, dan pohon.

c.

Kere

adalah kekuatan sakti.

d.

Kina

adalah roh yang tinggal di dalam rumah dan me-

lindungi rumah, terutama

uma

(rumah panggung besar).

e.

Sanitu

adalah roh-roh jahat yang suka mengganggu orang

dan membawa penyakit. Banyak sanitu yang terjadi dari

roh orang yang mati konyol.

f.

Taikamanua

adalah pemimpin dari negara roh yang ada

di seberang laut dan yang dibayangkan sebagai sebuah

desa tepat serupa dengan desa di alam baka.

Sumber:

http://images.

google.co.id

S

Gambar 2.7

Barang-barang

dari emas para bangsawan di

Nias.

Sumber:

http://images.

google.co.id

S

Gambar 2.8

Adu horo

dibuat pada waktu upacara

pembersihan dosa.

Agama dalam

Kehidupan Manusia

81

Pada masa lampau orang Mentawai kuno mengenal

sosok dukun yang disebut sikerei. Sikerei dianggap sebagai

orang yang menguasai ilmu gaib, ahli menyembuhkan penyakit,

menolak bala, memberi jimat-jimat, meramal, dan menafsirkan

mimpi. Pada umumnya dukun tersebut adalah laki-laki yang

memperoleh kepandaiannya dari ayahnya.

Upacara keagamaan dalam masyarakat Mentawai

misalnya upacara puliaijat. Upacara tersebut terdapat di Pulau

Siberut. Upacara puliaijat berlangsung kurang lebih selama

tiga bulan. Dalam upacara tersebut dilakukan pemanggilan

terhadap kekuatan yang baik dan pengusiran terhadap

kekuatan jahat dengan perantara roh ghaib. Pada puncak

upacara, seluruh anggota masyarakat menghentikan segala

aktivitas sehari-hari dan mempersiapkan perjamuan mewah.

Mereka mengundang roh leluhur sebagai tamu dan meminta

perlindungan dari roh leluhur tersebut.

Pada akhir upacara, dilakukan permohonan berkah dari

kekuatan gaib, yaitu agar diberi hasil buruan yang melimpah.

Agar Anda lebih paham mengenai upacara puliaijat, perhatikan

Gambar 2.9.

3. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Batak

Kepercayaan asli adat suku bangsa Batak sebelum

mengenal agama adalah bahwa alam beserta isinya diciptakan

oleh

Debata

(

Ompung

)

Mulajadi na Bolon

(dalam bahasa

Batak Karo disebut

Debata Kaci-kaci

). Debata Mulajadi na

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.9

Upacara puliaijat

PULIAIJAT–PERAYAAN SIBERUT

1. Daging dibagi-bagikan pada suatu pesta

besar keagamaan oleh para penghuni

uma

.

2. Pada awal upacara, pemimpin upacara me-

mukulkan pelepah daun aren, melambang-

kan kesatuan uma.

3. Seluruh peserta berhias diri dengan janur.

4. Kekuatan jahat diusir keluar dari

uma

oleh para dukun.

5. Arwah leluhur diundang agar bergabung

dengan yang masih hidup.

Antropologi SMA Jilid 2

82

Bolon bermukim di langit dan memiliki nama-nama lain sesuai

dengan tugas dan tempat kedudukannya. Nama Debata

Mulajadi na Bolon, antara lain sebagai berikut.

a.

Debata Mulajadi na Bolon

, sebagai maha pencipta

bertempat tinggal di langit.

b.

Silaon na Bolon

(untuk Batak Toba) atau

Tuan Padukah

ni Aji

(untuk Batak Karo), sebagai penguasa langit bagian

tengah, bertempat tinggal di dunia ini.

c.

Pane na Bolon

(untuk Batak Toba) atau

Tuan Banua

Koling

(untuk Batak Karo), sebagai penguasa dunia

makhluk halus, dan pengatur setiap penjuru mata angin.

Selain itu masyarakat adat Batak juga mengenal dewa-dewa

yang lain, yaitu:

a.

Sinimataniari

sebagai dewa matahari yang menguasai

matahari saat terbit dan terbenam;

b.

Beru Dayang

sebagai penguasa pelangi.

Berkaitan dengan konsep jiwa dan roh, kepercayaan adat

Batak mengenal tiga konsep, yaitu

tondi

,

sahala

, dan

begu

.

Tondi

adalah jiwa atau roh seseorang sekaligus sebagai

kekuatan.

Sahala

merupakan jiwa atau roh kekuatan yang

dimiliki seseorang. Setiap orang memiliki kualitas sahala yang

berbeda-beda meskipun sama-sama memiliki tondi. Sahala

dapat berkurang dan menentukan peri kehidupan seseorang.

Sahala yang berkurang akan menyebabkan orang kurang

disegani. Orang Batak Karo mengenal sahala sebagai

sumangat

atau tuah atau kesaktian.

Seseorang memperoleh tondi dan sahala sejak ia masih

di dalam kandungan. Seperti halnya sahala yang dapat

berkurang atau bertambah, tondi juga dapat pergi meninggalkan

badan. Jika tondi meninggalkan badan untuk sementara , maka

orang itu akan sakit. Jika keluar untuk seterusnya maka or-

ang itu akan meninggal. Keluarnya tondi dari badan disebabkan

oleh adanya kekuatan lain yang disebut simbaon yang melawan

tondi tersebut. Untuk mengembalikan tondi harus dilakukan

upacara mengalap tondi (dalam bahasa Batak

Karo

disebut

ndilo tondi

,

ngaleng berawan

).

Begu

adalah tondinya orang yang meninggal. Perilaku

begu sama seperti perilaku manusia tetapi sifatnya hanya

kebalikan. Misal: apa yang dilakukan manusia pada siang hari

dilakukan begu pada malam hari. Orang Batak mengenal

adanya begu yang baik dan begu yang jahat. Orang Batak

Toba mengenal begu yang terpenting, yaitu

Sumangot ni

ompu

, yaitu begu dari nenek moyang. Upacara untuk

menghormati begu yang dulu sebagai tondi yang menduduki

Dalam masyarakat Ba-

tak, kepercayaan dan

penghormatan terha-

dap arwah leluhur ma-

sih sangat kental. Hal itu

diwujudkan dalam ben-

tuk upacara/menari, pa-

tung, dan musik seba-

gai perantara terhadap

arwah leluhur. Sebelum

masuknya agama Islam

dan Kristen, sistem ke-

percayaan orang Batak

yaitu adanya penolakan

bahwa kematian meru-

pakan akhir dari segala-

nya.

Cakrawala Budaya

Agama dalam

Kehidupan Manusia

83

orang terhormat dan kaya, maka upacara dilangsungkan besar-

besaran disertai gondang (musik Batak).

Dalam masyarakat Batak Karo dikenal beberapa macam

begu, antara lain sebagai berikut.

a.

Batara guru

atau

begu perkakun jabu

,

merupakan begu bayi yang meninggal waktu

masih dalam kandungan.

b.

Bicara guru

adalah begu anak yang mening-

gal sebelum tumbuh gigi dan begu penjaga

ayahnya.

c.

Begu mate sada wari

adalah begu dari

orang yang meninggal dengan cara yang tidak

wajar.

d.

Mate kayat-kayaten

adalah begu orang

yang mati muda.

Begu bisa marah dan membahayakan manusia,

maka untuk meredakan kemarahan begu dila-

kukan upacara sesaji (Batak Karo menyebut

cibal-cibalen

).

Beberapa begu yang disegani orang Batak, antara

lain sebagai berikut.

a.

Sombaon

adalah begu yang bertempat tinggal di pegu-

nungan atau hutan rimba yang padat, gelap, dan me-

ngerikan.

b.

Solobean

adalah begu yang dianggap sebagai penguasa

di tempat-tempat tertentu dari Toba.

c.

Silan

adalah begu yang serupa dengan Sombaon menem-

pati pohon-pohon besar atau batu yang aneh bentuknya.

Silan dianggap sebagai nenek moyang pendiri kuta dan

pendiri marga.

d.

Begu

ganjang adalah begu yang sangat ditakuti karena

dapat dipelihara dan untuk membinasakan orang lain.

Orang Batak mempercayai adanya perkampungan begu.

Sebelum masuk ke perkampungan terlebih dahulu begu

mengembara sampai si mati dikuburkan selama empat hari.

Oleh karena itu, adat Batak melakukan ziarah pertama pada

hari keempat sesudah penguburan. Ziarah itu merupakan

pertemuan pertama dengan begu yang pergi ke perkampungan

begu. Masuknya begu ke perkampungan begu bukan berarti

putusnya hubungan begu dengan kerabatnya yang masih hidup.

Hal itu disebabkan mereka tetap berkeliaran dan berhubungan

dengan kerabatnya melalui seorang perantara yang disebut

Guru sibaso

, seorang dukun wanita.

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.10

Gondang merupakan alat musik

Batak untuk mengiringi upacara untuk

menghormati begu yang dulu sebagai tondi yang

menduduki orang terhormat dan kaya.

Antropologi SMA Jilid 2

84

Di samping begu, orang Batak juga mengenal makhluk

halus lain yang disebut

umang

dan

jangak

. Keduanya bersifat

menolong manusia. Umang dan jangak bertempat tinggal di

tebing sungai dan di dalam gua-gua.

Selain kepercayaan di atas, masyarakat Batak juga me-

lakukan upacara keagamaan, misalnya upacara selamatan

horja. Upacara horja merupakan upacara dalam rangka ber-

syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena salah seorang

dari anggota keluarga mengalami kesuksesan atau jiwa anak

lelaki berhasil menyunting gadis Sunda. Upacara horja

dilakukan dengan memotong beberapa ekor babi atau kerbau.

Hal itu menunjukkan tanda penghormatan kepada leluhur.

4. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Dayak

Masyarakat Dayak merupakan penduduk asli Kalimantan

yang terbagi menjadi beberapa sub-sub suku bangsa Dayak

Ngaju, Dayak Ot Danum, Dayak Ma’anyan, Dayak Ot Siang,

Dayak Lawangan, Dayak Katingan, dan sebagainya

Mereka mendiami di desa-desa sepanjang sungai Barito,

Kapuas, Kahayan, Katingan (Mendawai) , Mentaya, Seruyan,

Kurnai, Arut (Lemandandau), Jelau di kawasan Kalimantan

Tengah.

Agama asli penduduk pribumi adalah

agama Kaha-

ringan

. Umat Kaharingan percaya bahwa alam sekitarnya

penuh dengan makhluk-makhluk halus dan roh-roh yang

menempati tiang rumah, batu besar, pohon besar, hutan belukar,

air, dan tempat-tempat lain yang ada di sekitar kehidupan

manusia. Dalam bahasa Dayak Ngaju roh-roh tersebut dinama-

kan

ganan

. Menurut tempat tinggalnya bermacam-macam

ganan memiliki nama yang berbeda-beda. Pada hakikatnya

ganan dikelompokkan menjadi dua golongan, sebagai berikut.

a. Ganan yang bersifat baik, dalam bahasa Dayak Ngaju

disebut

sangiang

atau

nayu-nayu

.

b. Ganan yang bersifat jahat, dalam bahasa Dayak Ngaju

disebut

taloh

atau

ngambe

.

Selain ganan, masyarakat adat Dayak juga mempercayai

adanya roh-roh nenek moyang, dalam bahasa Dayak Ngaju

disebut liau. Menurut kepercayaan orang Dayak, jiwa (dalam

bahasa Dayak Ngaju disebut

Hambaruan

) orang mati

meninggalkan tubuh dan menempati alam sekeliling tempat

tinggal manusia sebagai

liau

. Lama kelamaan liau itu akan

kembali kepada dewa tertinggi yang disebut

Ranying

. Akan

tetapi, proses menuju dewa tertinggi tersebut memerlukan

Tradisi budaya suku

bangsa Dayak di Kali-

mantan menunjukkan

keragaman yang luar

biasa. Meski demikian,

terdapat banyak kesa-

maan antara keperca-

yaan dan kegiatan ke-

agamaan dari berbagai

kelompok yang berbe-

da.

Hal itu menunjukkan

tingginya khasanah bu-

daya bangsa Indonesia.

Cakrawala Budaya

Agama dalam

Kehidupan Manusia

85

waktu yang cukup lama dengan berbagai ujian dan rintangan

untuk akhirnya masuk ke dunia roh yang disebut

Lewu Liau

dan menghadap Ranying.

Kepercayaan orang Dayak terha-

dap roh nenek moyang dan makhluk-

makhluk halus yang menempati alam

sekelilingnya terwujud dalam upacara-

upacara keagamaannya. Upacara terse-

but berupa pemberian sesaji kepada roh

nenek moyang, dan berbagai bentuk

upacara yang berkaitan dengan siklus

hidup manusia, seperti upacara menyam-

but kelahiran, upacara memandikan bayi

yang pertama kali, upacara memotong

rambut bayi, upacara penguburan, dan

pembakaran mayat.

Apabila orang Dayak mati, mayat-

nya diletakkan dulu di dalam peti mayat

dari kayu berbentuk perahu lesung, dalam

bahasa Dayak Ngaju disebut

raung

.

Kuburan tersebut dianggap kuburan sementara, karena

upacara yang terpenting berhubungan dengan kematian adalah

upacara pembakaran mayat yang berlangsung secara besar-

besaran. Upacara pembakaran mayat menurut orang Dayak

Ngaju disebut

tiwah

dan menurut orang Dayak Ot Danum

disebut

daro

. Adapun menurut orang Dayak Ma’anyan disebut

ijambe

.

Pada upacara pembakaran mayat, semua

tulang belulang (terutama tengkoraknya) dari

semua kerabat yang telah meninggal pada kurun

waktu tertentu digali dan dipindahkan ke tempat

pemakaman yang tetap dalam sebuah bangunan

berukir indah yang disebut

sandung

. Mayat

dibakar dan abunya disimpan di bangunan yang

berukir indah yang disebut

tambak

. Pelaku upa-

cara pembakaran mayat disebut

balian

. Seorang

balian sebagai ahli upacara pemakaman akan

menyanyikan dongeng-dongeng mitologi dan

silsilah Ngaju yang amat panjang secara hafalan

di luar kepala sampai berjam-jam, dan juga

mempertunjukkan tarian suci. Dongeng-dongeng

mitologi dan silsilah Ngaju disebut

sansana

atau

bandar

.

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.11

Sekelompok pendeta Ngaju yang

berada di depan bangunan untuk orang mati.

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.12

Sandung merupakan ba-

ngunan berukir indah yang digunakan sebagai

tempat pemakaman yang tetap untuk satu

kerabat.

Antropologi SMA Jilid 2

86

5. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Minahasa

Orang Minahasa merupakan kelompok suku

bangsa yang mendiami di daerah Sulawesi Utara.

Sebelum agama masuk ke daerah Minahasa,

masyarakat adat setempat sejak zaman purba telah

mengenal kepercayaan asli dalam bentuk kepercayaan

terhadap roh-roh nenek moyang yang disebut

opo tau

dotu

, serta kepercayaan terhadap roh-roh dan hantu-

hantu yang menempati alam sekeliling kediaman

manusia. Roh-roh dan hantu-hantu tersebut antara lain:

panunggu

,

lulu

,

puntianak

,

pok-pok

, dan sebagai-

nya. Demikian pula roh-roh orang tua atau kerabat

dekat lainnya yang sudah meninggal juga dianggap berada

dekat di sekitar tempat kediaman manusia. Roh-roh orang

tua atau kerabat dekat yang sudah meninggal disebut

mukur

.

Dalam konsepsi kepercayaan adat Minahasa, jiwa memi-

liki tiga aspek, yaitu ingatan (

gegenang

), perasaan (

pemen-

dam

), dan tenaga (

keketer

). Adapun aspek yang menjelma

menjadi

mukur

atau roh pada umumnya adalah

gegenang

.

Berdasarkan kepercayaan orang Minahasa pada masa

purba, kedudukan roh di dunia dan akhirat ditentukan oleh

perbuatan masing-masing individu di dunia ini. Orang yang

baik akan menjadi roh yang baik di dunia maupun di akhirat,

sedangkan orang yang jahat akan menjadi roh yang jahat pula.

Orang yang mati karena kecelakaan, karena bunuh diri, atau

yang mati konyol juga menjadi roh jahat yang suka mengganggu

orang. Masyarakat adat Minahasa (sampai kini) melakukan

upacara-upacara penyajian kepada roh-roh pada saat-saat

tertentu. Upacara pemujaan roh tersebut dinamakan

neempungan

atau

maambo

(

masambo

). Upacara-upacara

pemujaan roh dilakukan pada peristiwa-peristiwa penting

dalam siklus hidup manusia, misal pada malam bulan purnama,

saat ada bahaya, dan sedang sakit.

Pada masa purba upacara pemujaan terhadap roh

tersebut dilakukan oleh pemuka-pemuka upacara yang disebut

tonaas

atau

walian

. Tonaas atau walian sekaligus berperan

sebagai dukun penyembuh penyakit. Mereka mengenal

berbagai ilmu dukun penyembuh penyakit atau

ilmu makatana

.

Seorang pemuka agama yang mahir dalam ilmu dukun

penyembuh penyakit disebut

tu’a

, sedangkan dukun bayi

disebut

biyang

. Seorang dukun yang melakukan upacara untuk

mencari pencuri disebut

tukang mawi

, sedangkan orang yang

melakukan ilmu dukun yang sifatnya merugikan orang lain

(seorang tukang guna-guna) disebut

pandoti

.

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.13

Kuburan leluhur orang

Minahasa.

Upacara-upacara ke-

percayaan pada ma-

syarakat kita, biasanya

berhubungan dengan

pemujaan roh nenek

moyang.

Coba Anda analisis me-

ngenai latar belakang

pelaksanaan upacara

kepercayaan di daerah

Minahasa, misalnya

upacara neempungan.

Untuk memperdalam

analisis Anda gunakan

buku-buku yang rele-

van atau melalui inter-

net.

Tulislah hasil kerja An-

da dalam bentuk lapor-

an, lalu kumpulkan ke-

pada bapak/ibu guru.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal

dan Akademik)

Agama dalam

Kehidupan Manusia

87

6. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Ambon

Sebelum penduduk Ambon memeluk

agama, nenek moyang mereka telah menge-

nal sistem kepercayaan yang berkaitan

dengan penghormatan terhadap roh-roh.

Mereka meyakini bahwa roh-roh harus

dihormati, diberi makan, dan minum serta

tempat tinggal agar mereka tidak menggang-

gu manusia. Bahkan untuk masuk ke dalam

balai desa (disebut

baileu

), orang harus me-

lakukan upacara meminta izin terlebih dahulu

pada roh-roh yang ada di baileu (balai desa).

Adapun orang yang melakukan upacara

minta ijin kepada roh-roh adalah tuan negeri

yang disebut

mauweng

, yaitu perantara an-

tara manusia dengan roh-roh nenek moyang.

Orang yang masuk baileu harus berpakaian adat ber-

warna hitam dengan sapu tangan merah yang dikalungkan di

bahu. Di dalam baileu terdapat pamili, yaitu batu yang dianggap

keramat (berkekuatan gaib) yang besarnya kira-kira dua meter

persegi. Batu tersebut dipergunakan sebagai altar persembahan

kurban-kurban dan sajian.

Masyarakat adat Ambon juga mengenal

upacara cuci

negeri

yang mirip dengan upacara bersih desa di Jawa. Pada

saat upacara cuci negeri tersebut semua penduduk desa wajib

membersihkan segala sesuatu dengan baik, misalnya ba-

ngunan-bangunan maupun pekarangan. Jika tidak dibersihkan

dengan baik ada sanksi religinya, yaitu orang bisa jatuh sakit,

kemudian mati, seluruh desa bisa terkena wabah penyakit,

dan gagal panen.

Selain berfungsi untuk kebersihan dan keselamatan

penduduk, upacara cuci negeri juga bertujuan untuk meng-

hidupkan rasa hubungan dengan nenek moyang yang telah

membangun baileu, sumber-sumber air, maupun tempat-

tempat suci lainnya. Melalui upacara cuci negeri ini, masyarakat

kembali menghidupkan mitologi desa yang mengingatkan

orang kembali kepada struktur sosial dan kepemimpinan adat

yang merupakan dasar dari kehidupan masyarakat desa dan

yang mengintensifkan solidaritas masyarakat desa.

Masyarakat adat di kawasan Maluku Tengah mengenal

adanya

upacara pembayaran kain berkat

yang dilakukan

oleh klen penganten laki-laki kepada kepala adat dari desa

penganten perempuan. Pembayaran itu berupa kain putih dan

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.14

Baileu (balai desa) di percaya orang

Minahasa terdapat roh-roh. Untuk masuk Baileu

(balai desa) harus melakukan upacara meminta izin

terlebih dahulu.

Coba Anda amati upa-

cara-upacara keper-

cayaan yang masih

berkembang di daerah

Anda. Dapatkah upaca-

ra-upacara tersebut di-

gunakan sebagai even

budaya dan pariwisata.

Berikan ide Anda agar

upacara-upacara terse-

but dapat berkembang

menjadi even budaya

dan tujuan pariwisata,

sehingga kaan mening-

katkan potensi daerah

Anda serta dapat me-

ngurangi penganggur-

an. Laporkan ide Anda

di depan kelas untuk

mendapat tanggapan

dari teman-teman atau

bapak/ibu guru.

MOTIVASI

Antropologi SMA Jilid 2

88

minuman keras (tuak). Jika hal itu dilupakan maka keluarga

muda itu akan menjadi sakit dan mati. Jika terjadi demikian

maka satu-satunya jalan menurut kepercayaan adat adalah

melakukan upacara pembayaran kain berkat. Kaum kerabat

si suami mempersiapkan sebuah botol berisi air dari sumber

air nenek moyang dan sebuah tempat sirih. Botol dan tempat

sirih tersebut diberikan kepada kepala adat dari desa istri.

Kepala adat dengan keluarga pergi ke baileu bersama anggota

saniri (pejabat dewan desa/staf pemerintah desa). Kepala adat

berbicara para roh-roh nenek moyang yang ada di baileu.

7. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Flores

Penduduk asli suku bangsa Flores terdiri atas

beberapa sub-sub suku bangsa, antara lain orang

Manggarai, orang Riung, orang Ngada, orang Nage-

Keo, orang Ende, orang Lio, orang Sikka, dan orang

Larantuka.

Sebelum mengenal agama, penduduk asli Flores

mengenal konsep religi berupa kepercayaan kepada

roh-roh nenek moyang. Dalam bahasa Manggarai,

roh-roh nenek moyang disebut

Empo

atau

andung

.

Adapun istilah untuk roh orang yang telah meninggal

disebut

poti

. Roh-roh dianggap menempati alam

sekeliling tempat tinggal manusia, misalnya dalam tiang rumah,

dalam sebuah perigi (sumur), di persimpangan jalan, dalam

sebuah pohon besar, dan di halaman rumah.

Di samping itu penduduk asli Flores dan orang Manggarai

juga percaya kepada makhluk-makhluk halus yang menjaga

rumah dan halaman, menjaga desa (

nagagolo

), dan menjaga

tanah pertanian (

naga tana

). Roh-roh halus itu dinamakan

ata pelesina

yang artinya makhluk-makhluk yang berada di

dunia lain.

Masyarakat adat pada masa lampau juga mempercayai

adanya makhluk-makhluk halus yang menguasai hutan, sungai,

dan sumber air. Makhluk-makhluk halus yang menguasai

hutan, sungai, dan sumber air disebut

darat

. Banyak dari

ata

pelesina

dan

darat

yang dapat dihubungi melalui upacara-

upacara kesuburan atau upacara-upacara pertanian. Semua

roh atau makhluk halus tersebut, ada yang bersifat baik dan

ada yang jahat. Roh-roh itu mendatangkan penyakit, bencana,

dan kematian, jika tidak diperhatikan sesuai dengan cara-cara

adat. Adapun roh-roh yang bersifat jahat adalah

jin

dan

setan

.

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.15

Orang Ngada merupakan

salah satu bagian dari suku bangsa Flores.

Dalam upacara-upaca-

ra kepercayaan biasa-

nya disertai dengan pe-

motongan hewan kur-

ban.

Coba paparkan penda-

pat Anda mengenai

maksud dan tujuan pe-

motongan hewan kur-

ban tersebut.

Tinjaulah dari kajian bu-

daya dan sosial. Papar-

kan pendapat Anda

dalam diskusi kelas.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal

dan Akademik)

Agama dalam

Kehidupan Manusia

89

Suatu unsur penting dalam religi asli masyarakat adat

Flores adalah kepercayaan kepada Dewa Tertinggi. Orang

Manggarai menyebut dewa tertinggi sebagai

Mori Karaeng

,

sedangkan orang Ngada menyebutnya

deva

.

Dalam dongeng-dongeng mitologi orang Manggarai, Mori

Karaeng dianggap sebagai pencipta alam dan ada dongeng-

dongeng khusus mengenai cara ia menciptakan bumi, manusia,

dunia roh, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Selain itu ada pula

dongeng-dongeng yang menceritakan tentang adanya angin,

gempa bumi, petir dan sebagainya. Ada pula dongeng mengenai

bagaimana Mori Karaeng mengajari manusia membuat

tenunan, membuat tuak, dan sebagainya. Selain sebagai

pencipta alam dan penjaga adat, Mori Karaeng juga dikenal

sebagai tokoh dewa yang dalam ilmu antropologi disebut

sebagai dewa pembawa adat atau

cultural hero

.

Upacara keagamaan yang asli menurut adat Manggarai

dilakukan oleh seorang yang disebut

ata mbeko

. Jabatan itu

tidak didapat dari keturunan melainkan karena belajar dari

seorang

ata mbeko

yang sudah berpengalaman. Baik laki-

laki maupun perempuan dapat menjadi

ata mbeko

. Seorang

ata mbeko

kadang kala diundang untuk memberi petunjuk

atau melaksanakan upacara-upacara sekitar rumah tangga

yang berkaitan dengan upacara sekitar siklus hidup manusia.

Di samping itu ia sering juga diundang untuk menyembuhkan

penyakit, meramal nasib, memberikan jimat kesaktian bahkan

untuk memberikan guna-guna kepada musuh.

Upacara pemakaman dan berkabung pada adat Flores

sangatlah komplek. Dalam agama asli mereka mempercayai

bahwa sesudah mati rohnya akan berkeliaran di sekitar rumah

terutama di sekitar tempat tidur. Lima hari sesudah kematian

diadakan upacara yang disebut

kelas

. Pada upacara kelas

tersebut jiwa yang sudah mati dianggap berubah menjadi roh

(

poti

), melepaskan segala hubungan dengan yang hidup di

alam fana dan pergi ke alam baka tempat Mori Karaeng. Pada

upacara ini biasanya memotong seekor hewan kurban.

8. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Timor

Agama asli orang Timor berpusat pada kepercayaan

adanya dewa langit yang disebut

Uis Neno

. Dewa ini dianggap

sebagai pencipta alam dan pemelihara kehidupan di dunia.

Upacara-upacara yang ditujukan kepada Uis Neno bermaksud

untuk meminta hujan, meminta sinar matahari, memperoleh

keturunan, kesehatan, dan kesejahteraan.

Antropologi SMA Jilid 2

90

Di samping itu orang Timor juga percaya

kepada dewa bumi yang disebut

Uis Afu

. Uis

Afu dianggap sebagai dewa perempuan yang

mendampingi Uis Neno. Upacara-upacara

yang ditujukan kepada Uis Afu adalah untuk

meminta berkah bagi kesuburan tanah yang

sedang ditanami.

Masyarakat adat Timor pada masa lampau

juga mempercayai akan adanya makhluk-

makhluk gaib yang mendiami tempat-tempat

tertentu, misalnya di hutan-hutan, mata air-mata

air, sungai-sungai, dan pepohonan tertentu.

Mahkluk- mahkluk halus tersebut ada yang

bersifat baik dan ada yang bersifat jahat, dan

dianggap sebagai pemilik atau penjaga tempat-tempat yang

didiaminya itu. Orang melakukan upacara-upacara dan sesaji-

sesaji pada saat-saat tertentu guna memuaskan makhluk-

makhluk halus tersebut, khususnya pada saat permulaan

penggarapan tanah. Upacara semacam itu dipimpin oleh

pejabat desa yang merupakan ahli-ahli adat mengenai tanah

yang disebut

tobe

. Daerah-daerah yang dihuni makhluk-

makhluk halus tersebut ada yang dianggap keramat dan ada

yang dipantangkan untuk didatangi atau untuk dijadikan ladang.

Masyarakat adat Timor mempercayai bahwa roh-roh

nenek moyang seperti makhluk-makhluk halus lainnya diang-

gap berpengaruh terhadap jalannya kehidupan manusia.

Terjadinya berbagai malapetaka atau bencana, sakit maupun

kesukaran-kesukaran hidup sering kali dianggap sebagai suatu

tindakan dari makhluk-makhluk halus, karena manusia telah

lalai melakukan upacara sajian untuk makhluk-makhluk halus

tersebut. Jika ada bencana, maka seorang dukun dipanggil

untuk mencoba menemukan sumber dari bencana dan kemu-

dian berusaha untuk menolaknya dengan menggunakan obat-

obatan dan mantra-mantra yang dianggap sanggup mengusir

atau mengalahkan makhluk-makhluk halus yang menjadi

penyebab bencana.

Dalam menjalankan tugasnya, dukun dibantu oleh

makhluk halus tertentu yang akan memerangi makhluk-

makhluk halus penyebab terjadinya bencana. Di samping itu

makhluk halus pembantu dukun dapat diperintah oleh dukun

ahli sihir tertentu untuk mencelakai orang lain.

Roh-roh nenek moyang dipuja melalui upacara-upacara

dan sajian-sajian pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam

kehidupan masyarakat atau dalam suatu keluarga yang

berkaitan dengan siklus hidup manusia.

Lakukan pengamatan

di lingkungan sekitar

Anda. Fokuskan peng-

amatan mengenai ke-

beradaan dukun di te-

ngah-tengah masyara-

kat.

Bagaimana segi positif

dan segi negatif keber-

adaan dukun terhadap

pewarisan budaya da-

lam masyarakat, misal-

nya berkaitan dengan

upacara-upacara ke-

percayaan.

Tinjaulah permasalah-

an tersebut dari kaca-

mata antropologi.

Laporkan hasil peng-

amatan Anda di depan

kelas.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal

dan Sosial)

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.16

Pemujaan terhadap roh nenek

moyang yang dilakukan oleh orang Timor.

Agama dalam

Kehidupan Manusia

91

9. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Bugis

Pada masa lampau, jauh sebelum masya-

rakat Bugis mengenal agama, mereka telah

mengenal kepercayaan terhadap dewa-dewa.

Di antaranya adalah

dewa Seuwae

yang ber-

kedudukan di

Boting Langit

atau langit

tertinggi. Masyarakat adat menghormatinya

dengan memberikan sesaji. Di samping itu

masyarakat adat Bugis mempercayai hal-hal

sebagai berikut.

a . Makhluk-makhluk halus yang menghuni po-

hon-pohon, puncak gunung, persimpangan

jalan, diberi sesaji agar tidak mengganggu.

b. Adanya kekuatan-kekuatan sakti atau gaib, seperti jimat

yang dapat memberi keuntungan atau menolak bala dan

makam-makam keramat.

c. Manusia jadi-jadian, seperti

poppok, parakang, asu pat-

ting, salimpo

atau

pontianak,

dan

donga

.

d. Hewan-hewan tertentu yang memberikan firasat suatu

keadaan, misal serrak (sejenis burung hantu), kupu-kupu,

dan cecak.

e. Hari baik dan hari buruk, sehingga peranan ahli

kutika

sangat penting untuk dimintai tolong mencarikan hari baik

guna menentukan hari perkawinan atau memulai suatu

pekerjaan besar. Bulan Muharram dan bulan Zulkaidah

sangat mereka hindari karena bisa membawa bencana,

jika dilanggar.

10. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Makassar

Masyarakat adat Makassar sebelum mengenal agama,

telah mengenal adanya kepercayaan tentang dewa-dewa

sebagai berikut.

a.

Dewa Sere’a

(dewa langit) adalah dewa tertinggi yang

bersemayam di

Boting Langit

(langit tertinggi). Pemujaan

terhadap dewa langit dilakukan di bagian atas rumah atau

sambulayang

dengan

upacara abbuak

.

b.

Dewa dunia

adalah dewa yang bertugas mengatur dunia.

Pemujaan terhadap dewa dunia dilakukan di tiang tengah

rumah atau

pocci balla

, sedangkan upacaranya disebut

attoana

.

c.

Dewa Paratiwi

adalah dewa yang bersemayam di bawah

laut atau sungai (

uruliyu

). Pemujaan terhadap dewa

paratiwi dilakukan di laut atau di sungai.

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.17

Wanita Bugis sedang berkumpul.

Antropologi SMA Jilid 2

92

Oleh karena itu masyarakat adat Makassar memiliki

kebiasaan membangun rumah dengan tiga tingkat, karena bisa

dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upacara-upacara adat.

Di samping percaya kepada dewa-dewa, ma-

syarakat adat Makassar juga mempercayai adanya

makhluk-makhluk halus yang menghuni pohon-pohon,

batu-batu besar, dan tempat-tempat yang dikeramatkan.

Mereka juga mempercayai adanya benda-benda yang

memiliki kekuatan gaib atau jimat.

Mereka juga mempercayai bahwa gerak tertentu

pada hewan maupun tumbuhan dapat ditafsirkan untuk

memperoleh maknanya, misal sebagai pertanda akan

terjadinya sesuatu peristiwa.

Masyarakat adat juga mempercayai adanya hari baik

dan hari buruk, sehingga penyelenggaraan sesuatu upacara

atau kegiatan besar harus diperhitungkan pemilihan waktunya.

11. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Jawa

Jauh sebelum agama menjadi

bagian dari sistem religi masyara-

kat Jawa, mereka telah mengenal

adanya kepercayaan kuno yang

berkaitan dengan kekuatan-

kekuatan yang melebihi segala

kekuatan yang ada yang disebut

kasekten

. Adanya kepercayaan

mengenai roh leluhur atau arwah,

dan makhluk halus seperti:

lelembut, memedi, tuyul, demit, jin

dan lainnya yang menempati alam sekitar tempat tinggal

mereka. Menurut kepercayaan adat Jawa, makhluk-makhluk

halus dapat mendatangkan kebahagiaan dan dapat pula

mengakibatkan bencana. Agar kehidupan manusia jauh dari

bencana maka perlu melakukan sesuatu, misal: prihatin,

berpuasa, berpantang, melakukan perbuatan tertentu atau

makan makanan tertentu, mengadakan selamatan, dan bersaji.

Selamatan adalah suatu upacara makan bersama setelah

makanan didoakan sebelum dibagi-bagikan. Upacara

selamatan pada umumnya dipimpin oleh seorang

modin

.

Upacara selamatan dapat diklasifikasikan menjadi empat

golongan sesuai dengan peristiwa atau kejadian dalam

kehidupan seorang, yaitu sebagai berikut.

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.19

Selamatan yang dilakukan oleh orang Jawa.

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.18

Rumah adat sederhana

di Makassar.

Agama dalam

Kehidupan Manusia

93

a. Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, misal:

mitoni

(upacara hamil tujuh bulan pada kehamilan anak

pertama), kelahiran bayi, potong rambut pertama, bayi

menyentuh tanah yang pertama (

upacara tedhak siten

),

kematian, dan sebagainya.

b. Selamatan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan

tanah pertanian, dan setelah panen.

c. Selamatan berhubungan dengan hari-hari serta bulan-bulan

besar.

d. Selamatan pada saat yang tidak menentu, bergantung pada

suatu kejadian, misalnya akan bepergian, menolak bala

(

ngruwat

).

Dari macam-macam selamatan tersebut yang mendapat

perhatian paling besar dari berbagai lapisan masyarakat Jawa

adalah upacara yang berkaitan dengan kematian dan

sesudahnya, karena masyarakat adat Jawa sangat menghor-

mati arwah leluhurnya. Selamatan yang berkaitan dengan

kematian meliputi: selamatan saat kematian (

geblak

), nelung

dina (tiga hari setelah kematian), tujuh hari, empat puluh hari,

seratus hari atau

nyatus

, setahun atau

pendhak sepisan

,

dua tahun atau

pendhak pindho

, dan seribu hari atau

nyewu

.

Seribu hari atau nyewu merupakan penutup dari rangkaian

upacara kematian seseorang. Upacara seribu hari atau

sedekah nyewu

sering disebut juga sebagai

upacara nguwis-

uwisi

.

Selain menyelengarakan selamatan, masyarakat adat

Jawa mengenal adanya bersaji, yaitu membuat sesajen pada

waktu-waktu tertentu yang biasa diletakkan di berbagai tempat

tertentu, misal: di perempatan jalan, di sudut rumah, di sumber

air, di jembatan, dan di tempat yang dianggap keramat. Sesaji

pada umumnya dilakukan saat orang mempunyai hajatan.

Sesaji bisa berupa: tiga macam bunga disebut

bunga

telon

berisi mawar, kantil, dan kenanga, uang logam recehan,

dan kue apem (terbuat dari tepung beras mirip kue serabi)

yang semuanya diletakkan di besek kecil atau rangkaian bilah

bambu segi empat yang disebut

encek

. Juga ditaruh di dalam

rangkaian tempat dari daun pisang yang disebut

takir

. Hari-

hari khusus yang biasa dibuat sesaji adalah setiap malam

Jum’at (khususnya malam Jum’at kliwon dan malam Selasa

Kliwon). Malam Jum’at Kliwon dan malam Selasa kliwon

dianggap sebagai hari-hari keramat. Pada hari-hari tersebut

dibuat sesaji sederhana berupa bunga tiga macam (bunga telon)

dimasukkan ke dalam gelas berisi air, diberi pelita kecil dan

saat meletakkan diadakan pembakaran kemenyan atau

dikutugi

.

Keris merupakan benda

berharga menurut ke-

percayaan masyarakat

Jawa. Keris dipercaya

ada yang memiliki ke-

kuatan gaib yang da-

pat membawa keberun-

tungan. Untuk menjaga

agar kekuatan keris ti-

dak hilang, harus dila-

kukan jamasan (penyu-

cian keris) dengan air

kembang setaman.

Cakrawala Budaya

Antropologi SMA Jilid 2

94

Masyarakat adat Jawa juga mem-

percayai adanya kekuatan-kekuatan

gaib yang disebut kasekten yang ditu-

jukan pada benda-benda pusaka seperti

keris dan alat musik jawa (gamelan).

Di samping itu masyarakat adat

Jawa mengenal adanya

upacara

ruwatan

sebagai penolak bala. Masya-

rakat Jawa mempercayai adanya tokoh

pewayangan

Batara Kala

yang

mengancam keselamatan orang-orang

yang dianggap membawa sial (

su-

kerta

) dan perlu diruwat agar terhindar

dari sukerta tersebut. Adapun orang-

orang yang membawa sukerta, antara lain sebagai berikut.

a. Anak tunggal disebut

ontang-anting

.

b. Anak dua, laki-laki dan perempuan disebut

kedono-kedini

.

c. Anak dua, perempuan semua disebut

kembang sepasang

.

d. Anak lima, laki-laki semua disebut

pandhawa

.

e . Anak tiga, dua perempuan dan satu laki-laki berada di tengah

disebut

pancuran kapit sendhang

.

f. Anak tiga, dua laki-laki dan satu perempuan di tengah

disebut

sendang kapit pancuran

.

Upacara ngruwat

tersebut pada umumnya dipimpin oleh

seorang dalang tua yang biasa memainkan pertunjukan wayang

kulit. Upacara ngruwat dilakukan dengan menggelar

pertunjukan wayang kulit yang berlangsung pada siang hari

dan secara singkat, dengan cerita “

Murwakala

“. Pada zaman

sekarang ini upacara ngruwat sering dilakukan secara kolektif

dan dimanfaatkan sebagai salah satu even budaya penarik

pariwisata.

12. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

Papua

Sebelum mengenal agama, masyarakat Papua yang

mendiami wilayah pantai utara Teluk Cenderawasih telah

memiliki kepercayaan tentang jiwa dan roh. Menurut

kepercayaan asli, jiwa orang mati yang disebut

foggumu

(pikiran) akan melepaskan diri dari tubuh dan menjadi roh yang

disebut

kepka

. Dalam proses menjadi roh (

kepka

), ia berada

di sekitar kediaman semasa masih hidup. Itulah sebabnya

keluarga yang ditinggalkan untuk sementara diasingkan dulu

di dalam rumah agar tidak menulari masyarakat lainnya.

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.20

Ilustrasi pelaksanaan ruwatan di Jawa.

Pelajarilah mengenai

kepercayaan yang ber-

kembang pada masya-

rakat Papua.

Lalu identifikasikan ciri

khas yang nampak da-

lam upacara-upacara

kepercayaan di sana.

Untuk memperkuat pe-

mahaman Anda, guna-

kan pula buku-buku

yang relevan atau mela-

lui internet.

Presentasikan laporan

Anda di depan kelas.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal

dan Akademik)

Agama dalam

Kehidupan Manusia

95

Setelah terbebas dari ikatan dunia yang fana ini, roh kemudian

pergi ke alam baka yang dipercayai berupa gunung bernama

Tordongsau

di dalam hutan rimba di hulu sungai.

Orang

Bgu

, salah satu penduduk asli Papua juga

mempercayai bahwa ada jiwa kedua yang disebut

tnikenya

,

yang berarti anak. Mereka juga mempercayai adanya roh yang

baik dan roh yang jahat yang mendiami alam sekitarnya seperti:

hutan, rawa, sungai dan sebagainya. Semua roh tersebut

disebut

sepro

.

a. Sistem religi pada suku Asmat

Orang Asmat memiliki kepercayaan

asli bahwa mereka merupakan keturunan

dewa yang turun dari dunia gaib dari sebe-

rang laut di belakang ufuk, tempat matahari

terbenam. Mereka meyakini bahwa dewa

nenek moyang itu dahulu mendarat di bumi

pada suatu tempat yang jauh di pegunungan.

Dalam perjalanan turun ke hilir, melalui

banyak petualangan hingga sampailah ia di

tempat yang kini didiami orang Asmat

tersebut.

Menurut mitologi yang berkembang dalam kehidupan

suku Asmat yang berdiam di teluk Flamingo, nenek moyang

mereka adalah

dewa Fumeripits

. Saat ia menyusuri hulu

sungai ke arah laut ia diserang oleh seekor buaya raksasa.

Perahu lesung yang ia tumpangi tenggelam dan terjadi

perkelahian sengit antara

dewa Fumeripits

dengan buaya

raksasa tadi. Ia dapat membunuh buaya itu tetapi ia

mengalami luka parah, sehingga terbawa arus dan

terdampar di tepi Sungai Asewetsy, Desa Syuru sekarang.

Untung ada seekor burung Flamingo yang merawatnya

sampai ia sembuh kembali.

Dewa Fumeripits

kemudian

membangun rumah

yew

, mengukir dua patung kayu yang

sangat indah, dan membuat genderang yang sangat kuat

bunyinya. Setelah itu ia menari terus-menerus tanpa henti

dengan iringan genderang. Kekuatan sakti yang keluar dari

gerakannya memberikan kehidupan pada kedua patung

kayu yang diukirnya itu. Patung kayu itu pun akhirnya

bergerak mengikuti tarian sang dewa. Kedua patung itulah

yang menjadi pasangan manusia pertama, yakni nenek

moyang orang Asmat. Seekor buaya raksasa datang lagi

mencoba menyerang kedua manusia pertama tadi. Dewa

Fumeripits

kembali dapat membunuh buaya tersebut.

Kepala buaya dipenggal, badannya dipotong-potong

menjadi bagian-bagian kecil dan dibuang ke semua penjuru

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.21 Suku Asmat di Papua.

Suku Asmat sebagai

salah satu suku bangsa

yang ada di Indonesia

ternyata memiliki mitos

yang cukup menarik

mengenai proses daur

ulang hidup dan mati.

Keberagaman agama/

religi dan kepercayaan

di Indonesia merupa-

kan kesamaan budaya

bangsa yang harus kita

jaga kelestariannya.

Wawasan

Kebhinekaan

Antropologi SMA Jilid 2

96

mata angin. Potongan badan buaya tersebut diyakini

menjadi nenek moyang suku-suku bangsa yang menjadi

musuh orang Asmat.

Mitos di atas menggambarkan adanya tindakan se-

rangan terhadap manusia pertama dan penciptaan manusia

sebagai orang musuh Asmat oleh

Fumeripits

. Mitos di

atas juga melukiskan proses daur ulang hidup dan mati.

Konsep tradisional orang Asmat tentang hidup di-

dasarkan pada keyakinan akan adanya suatu daerah di

seberang ufuk. Apabila nenek moyang menghendaki

kelanjutan keturunan mereka akan mengirimkan suatu roh

tertentu ke bumi melalui seberkas sinar matahari yang jatuh

persis di atas rumah tempat tinggal perempuan yang telah

ditakdirkan menjadi ibu anak asal roh tadi.

Orang Asmat yakin bahwa lingkungan tempat tinggal

mereka juga merupakan tempat tinggal roh. Menurut

keyakinan orang Asmat, roh dibagi menjadi dua golongan,

yaitu sebagai berikut.

1)

Yi-ow

adalah roh nenek moyang yang bersifat baik,

terutama bagi keturunannya. Roh Yi-ow menjaga hutan

sagu, danau, sungai yang penuh ikan, dan hutan-hutan

yang penuh buruan. Orang Asmat melakukan hubungan

dengan para

yi-ow

melalui upacara sesaji berulang

yang dipimpin oleh

Ndembrero

atau pemuka upacara.

2)

Osbopan

adalah roh jahat yang membawa penyakit

dan bencana. Roh-roh osbopan selain dianggap meng-

huni beberapa jenis pohon tertentu, gua-gua yang dalam,

batu-batu besar yang mempunyai bentuk khusus,

diyakini juga hidup dalam tubuh jenis hewan-hewan

tertentu. Untuk menghindari bencana atau penyakit,

maka orang harus mengadakan upacara sesaji.

Orang Asmat percaya bahwa manusia mempunyai

paling sedikit enam jiwa yang menggerakkan beberapa

bagian tubuh yang berlainan. Dalam kepercayaan orang

Asmat berbagai macam penyakit muncul disebabkan jiwa

dari bagian tubuh yang sakit tersebut pergi atau hilang.

Oleh karena itu, untuk menyembuhkan penyakit, seorang

dukun (

namer ow

) menggunakan cara mengupayakan atau

membujuk jiwa yang pergi itu agar mau kembali ke tubuh

si sakit. Apabila ternyata jiwa tersebut enggan kembali,

maka si sakit akan meninggal.

Konsepsi religi orang Asmat tentang maut adalah

perginya satu atau beberapa jiwa manusia dan tidak kembali

lahir. Jiwa-jiwa yang membebaskan diri dari tubuh sese-

orang itu akan menjadi roh yang berkeliaran di sekitar

Suku Asmat mendiami

daerah hutan rawa di

pantai selatan Papua.

meskipun mereka orang

Papua, berbagai keper-

cayan dan tradisi mere-

ka mirip kepercayaan

orang Austronesia an-

tara lain tentang hidup

dan mati.

Cakrawala Budaya

Agama dalam

Kehidupan Manusia

97

tempat tinggal manusia. Setelah bebera-

pa waktu tertentu roh akan pergi ke dunia

roh di belakang ufuk dan hidup abadi atau

setelah beberapa waktu kembali ke bumi

dan hidup kembali ke dalam tubuh se-

orang bayi.

Upacara-upacara besar yang sela-

lu berkaitan dengan penghormatan roh

nenek moyang menurut kepercayaan

Asmat sebagai berikut.

1)

Tsyimbu

adalah upacara pembuatan

dan pengukuhan perahu lesung.

2)

Yamasy pokumbu

ada-

lah upacara perisai.

3)

Mbipokkumbu

adalah

upacara topeng.

4)

Mbismbu

adalah upa-

cara pembuatan

mbis

,

yaitu patung berukir ne-

nek moyang yang mati

dibunuh.

5)

Yentpokmbu

adalah upacara pembuatan dan pengu-

kuhan

rumah yew

.

b. Sistem religi pada suku Dani

Masyarakat suku Dani lebih suka disebut sebagai

bangsa

Parim

atau orang

Baliem

. Mereka memiliki sikap

sangat menghormati nenek moyangnya. Penghormatan

kepada nenek moyang dilakukan dengan melakukan

upacara pesta babi. Orang Dani memiliki kepercayaan yang

kuat bahwa nenek moyang mereka berasal dari daerah

bumi sebelah timur yang disebut

Libarek

.

Menurut mitologi suku Dani, nenek moyang di

Libarek

berasal dari langit. Mereka berhubungan dengan

bumi melalui tali langit. Akan tetapi, karena ada sebagian

dari mereka yang sering mencuri babi maka tali langit

tersebut diputus dan mereka harus tinggal di bumi, dan

bekerja keras menanam

hipare

(sejenis ubi jalar yang

besar) dan beternak babi.

Orang suku Dani mempercayai adanya roh, yaitu roh

laki-laki (

suangi ayoka

) dan roh perempuan (

suangi

hosile

). Roh-roh itu menitis pada tumbuhan dan hewan

serta benda-benda lainnya. Roh orang mati setelah

meninggalkan tubuhnya tinggal di hutan.

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.22

Upacara pembuatan mbis

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.23

Upacara pengukuhan yew.

Antropologi SMA Jilid 2

98

Suku Dani mempercayai

atou

, yaitu kekuatan

sakti yang berasal dari nenek moyang yang

diturunkan kepada anak laki-lakinya. Kekuatan sakti

ini, antara lain berupa:

1) kekuatan menjaga kebun;

2) kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak

bala;

3) kekuatan menyuburkan tanah.

Untuk menghormati nenek moyang suku Dani

membuat lambang-lambang nenek moyang yang

disebut

kaneka

. Lambang ini terbuat dari batu

keramat berbentuk lonjong yang diasah sampai

mengkilat.

Di samping penghormatan terhadap nenek moyang,

orang Dani juga melaksanakan upacara sebagai

berikut.

1) Siklus kehidupan yang menyangkut kelahiran, inisiasi,

perkawinan, dan kematian.

2) Soal kehidupan yang menyangkut penyakit dan pe-

perangan.

F. Agama yang Berkembang di Indonesia

Kepercayaan kepada hal-hal yang gaib telah membentuk

“agama asli“ bagi penduduk pribumi bangsa Indonesia. Namun,

secara perlahan-lahan mulai bergeser ke arah pola hidup beragama.

Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan agama

itu sendiri yang mulai memengaruhi kehidupan penduduk asli bangsa

Indonesia.

Meskipun pola pemikiran agama asli masih memengaruhi

kehidupan bangsa Indonesia, namun bisa dipastikan bahwa bangsa

Indonesia dewasa ini telah memeluk agama tertentu sebagai

pengganti pola religi yang bersandarkan kepada kepercayaan

kepada roh-roh yang bersifat animisme dan dinamisme.

Perkembangan agama-agama baru bagi penduduk asli bangsa

Indonesia yang menggantikan konsep religi yang lama, berawal

dari perkembangan perdagangan laut yang membuka interaksi

sosial antara penduduk pribumi bangsa Indonesia dengan bangsa-

bangsa lain di dunia. Melalui jalur pelayaran dan perdagangan inilah

awal mula sejarah pertumbuhan dan perkembangan agama-agama

yang ada di Indonesia.

Berikut ini dipaparkan secara singkat mengenai awal perkembang-

an agama di Indonesia.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

mendeskripsikan aga-

ma yang berkembang

di Indonesia.

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.24

Wanita suku Dani

menutupi tubuhnya dengan lumpur

ketika salah satu anggota keluarganya

meninggal. Hal itu bertujuan untuk

menghindari dari roh-roh dan aroma

kematian yang melekat di tubuhnya.

Agama dalam

Kehidupan Manusia

99

1. Awal perkembangan agama Hindu di Indonesia

Agama Hindu pertama kali lahir di India sejak zaman

Weda, yaitu antara 2000 sampai 1000 tahun sebelum Masehi,

dan mengalami perkembangan pesat yang kemudian dikenal

sebagai pusat asal agama Hindu. Agama Hindu diperkirakan

masuk ke Indonesia sejak abad ke-2 Masehi bersamaan dengan

berkembangnya hubungan dagang antara India dan Indone-

sia pada masa itu. Pembawa dan penyebar agama Hindu ke

Indonesia adalah kaum Brahmana atau Pendeta agama Hindu.

Kedatangan para Brahmana atau Pendeta Hindu ke Indone-

sia tersebut karena diundang oleh para raja, agar mereka

menjadi penasihat raja. Menurut catatan sejarah, kerajaan

tertua di Indonesia adalah kerajaan Kutai yang bercorak Hindu.

Hal itu didukung oleh bukti sejarah dengan ditemukannya

prasasti pada 7 (tujuh) buah Yupa.

Yupa

adalah bangunan

tugu bertulis. Pada yupa

tersebut tertulis syair de-

ngan menggunakan huruf

Pallawa dan berbahasa

Sanskerta. Prasasti terse-

but berisi berita mengenai

upacara persembahan

binatang tertentu oleh

raja Kutai. Tulisan de-

ngan huruf Pallawa dan

bahasa Sanskerta terse-

but hanya lazim diguna-

kan oleh kaum Brahmana

dari India Selatan, se-

dangkan upacara per-

sembahan kurban binatang tertentu merupakan salah satu

bentuk kebudayaan Hindu.

Pertumbuhan dan perkembangan agama Hindu di In-

donesia pada mulanya hanya berkisar di dalam istana

kerajaan, kemudian memengaruhi pola kehidupan

masyarakat yang pada masa itu senantiasa tunduk dan taat

akan segala bentuk perintah raja.

Berikut beberapa kerajaan Hindu di Indonesia.

a. Kerajaan Kutai (tahun 400 – 500 Masehi) merupakan

kerajaan yang tertua dan diduga sebagai awal pertum-

buhan dan perkembangan agama Hindu di Indonesia.

b. Kerajaan Tarumanegara (kira-kira abad ke-5 Masehi).

c. Kerajaan Mataram Kuno (sekitar tahun 732 Masehi).

d. Kerajaan Kahuripan (tahun 1019 – 1041).

W

Gambar 2.25 Yupa

adalah bangunan tugu

bertulis. Yupa meru-

pakan prasasti pening-

galan kerajaan Kutai

yang bercorak Hindu.

Prasasti tersebut berisi

berita mengenai upa-

cara persembahan bi-

natang tertentu oleh

raja Kutai. Upacara

kurban binatang meru-

pakan salah satu ben-

tuk kebudayaan Hindu

Sumber:

http://images.

google.co.id

Bagaimanakah asal mu-

la munculnya agama

Hindu di dunia ini. Tu-

liskan perkembangan

kemunculan agama

Hindu beserta penga-

ruhnya terhadap kebu-

dayaan di Indonesia.

Carilah literatur-literatur

mengenai perkem-

bangan agama Hindu di

perpustakaan sekolah

Anda untuk mendukung

pemahaman Anda.

Kumpulkan hasil kerja

Anda kepada bapak/ibu

guru.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Akademik)

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

S

Gambar 2.26

Umat Hindu me-

lakukan upacara keagamaan de-

ngan persembahan sesajen.

Antropologi SMA Jilid 2

100

e. Kerajaan Majapahit (antara tahun 1293 – 1401), yang

merupakan kerajaan Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus

menandai awal kemegahan bangsa Indonesia.

Agama Hindu pada saat ini berkembang pesat di Bali.

Oleh sebab itu mayoritas penduduk Bali menganut agama

Hindu. Orang Hindu di Bali menganggap dunia ini dihuni oleh

kekuatan baik dan jahat, dewa, manusia, dan setan. Mereka

masing-masing menghuni tempatnya di alam semesta.

Kebanyakan upacara keagamaan umat Hindu di Bali bertujuan

untuk menjaga agar kekuatan dan makhluk-makhluk tersebut

berada di tempatnya masing-masing.

2. Awal perkembangan agama Buddha di Indonesia

Seperti halnya agama Hindu, agama Buddha tumbuh dan

berkembang pertama kali di India. Menurut catatan pendeta

Buddha dari Cina yang bernama

Fa Hien

, agama Buddha

masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 masehi. Menurut catatan

Fa Hien, pada tahun 674 Masehi di Jawa Tengah berdiri

kerajaan Ho-ling (Kalingga) yang diperintah oleh seorang raja

putri yang bernama

Si-Mo

atau Puteri Sima. Pada masa

pemerintahannya ia telah membantu pendeta Cina Hwi-Ning

(664 – 666) menerjemahkan kitab Tripitaka (kitab suci agama

Buddha) dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina.

Agama Buddha berkembang pesat pada zaman kerajaan

Sriwijaya, antara abad ke-7 sampai abad ke-8 Masehi. Pada

masa itu kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pengetahuan agama

Buddha di kawasan Asia Tenggara. Salah satu guru agama

Buddha yang terkenal saat itu adalah

Sakyakirti

.

3. Awal perkembangan agama Islam di Indonesia

Seiring dengan perkembangan jalur pelayaran dan

perdagangan pada awal abad ke-7 agama Islam lahir dan

berkembang di Arab. Pada abad ke-7 Masehi, agama Islam

masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang yang berasal

dari Arab, Persia, dan Gujarat (India) yang sudah memeluk

agama Islam. Sambil berdagang mereka menyebarkan agama

Islam kepada masyarakat Indonesia di daerah-daerah yang

mereka kunjungi.

Daerah Indonesia yang pertama kali menerima ajaran

agama Islam dari para pedagang tersebut adalah kerajaan

Samudra Pasai, yang terletak di pesisir Aceh Utara. Pengaruh

agama dan kebudayaan Islam menyebar dengan pesat di

kawasan pesisir. Kerajaan Samudra Pasai berkembang

sebagai pusat perdagangan dan menjadi kerajaan Islam

pertama di Indonesia pada tahun 1285 Masehi.

Bacalah literatur-litera-

tur mengenai perkem-

bangan Islam di Jawa.

1. Siapakah penyiar

agama Islam di Ja-

wa?

2. Mengapa agama Is-

lam mudah berkem-

bang di Indonesia?

Kumpulkan hasil tulis-

an Anda kepada bapak/

ibu guru.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Akademik)

Agama dalam

Kehidupan Manusia

101

Di Pulau Jawa, agama Islam pertama kali berkembang di

daerah pesisir utara. Kota-kota pelabuhan di daerah pesisir

utara yang menjadi pusat perkembangan agama Islam antara

lain: Gresik, Surabaya, Tuban, Jepara, Demak, Cirebon, dan

Banten. Penyebarannya dari pulau Jawa, terutama Gresik dan

Demak, agama Islam menyebar ke berbagai wilayah di Indo-

nesia.

4. Awal perkembangan agama Khatolik di Indonesia

Ajaran agama Katolik, pertama kali tumbuh di

daerah Timur Tengah (Yerusalem), merupakan

tempat kelahiran Yesus Kristus, tokoh sentral dalam

ajaran Katolik. Dari Timur Tengah ajaran Katolik ini

berkembang ke Eropa pada masa kekaisaran

Romawi, kemudian tumbuh dan berkembang

menyebar ke Asia dibawa oleh kaum misionaris.

Agama Katolik masuk ke Indonesia bersamaan

dengan masuknya Portugis ke daerah Maluku pada

tahun 1512, disebarkan oleh Franciscus Xaverius,

seorang misionaris berkebangsaan Portugis yang

telah berkarya sebagai penyebar agama Katolik di

wilayah Filipina. Dari kawasan Indonesia bagian

timur inilah agama Katholik menyebar ke wilayah-

wilayah lain di Indonesia.

5. Awal perkembangan agama Kristen di Indonesia

Pada hakikatnya agama

Kristen muncul dari ketidakpuasan

Marthin Luther, seorang pastur dan

pengajar theologi agama Katholik

di Jerman. Marthin Luther meng-

ungkapkan dalil-dalil yang menen-

tang langsung berbagai kebijakan

dan ajaran resmi yang dikeluarkan

oleh gereja Khatolik pada masa itu.

Marthin Luther pada tahun 1517

memutuskan hubungan dengan

gereja Khatolik dan menerjemah-

kan Injil dari bahasa Latin ke ba-

hasa Jerman. Itulah yang meng-

awali terbentuknya agama Kristen Protestan sebagai agama

yang mandiri terpisah dengan agama Khatolik, meskipun

secara umum isi ajarannya sama.

Agama Kristen Protestan masuk ke Indonesia bersa-

maan dengan masuknya VOC pada tahun 1596 di daerah

Sumber:

http://images.

google.co.id

S

Gambar 2.28

Marthin Lu-

ther.

S

Gambar 2.27 Franciscus Xaverius tokoh

penyebar agama Khatolik di Indonesia.

Sumber:

Ensiklopedi Nasional

Indonesia,

1997

Diskusikan bersama

kelompok Anda menge-

nai masuknya agama

kristen di Indonesia serta

pengaruhnya terhadap

kebudayaan yang su-

dah berkembang dalam

masyarakat Indonesia.

Kajilah permasalahan

tersebut dari aspek an-

tropologi budaya. Lalu

laporkan hasil diskusi

kelompok Anda di de-

pan kelas

Praktik Antropologi

(Kecakapan personal

dan sosial)

Antropologi SMA Jilid 2

102

Maluku (Ternate), yang kemudian berkembang ke wilayah-

wilayah lain di Indonesia. Masuknya agama Kristen Protestan

ke Indonesia dilakukan oleh

zending

atau penginjil, yakni

orang yang bertugas dalam bidang penyebaran agama Kristen

Protestan. Jika agama Khatolik masuk ke Indonesia dibawa

bangsa Portugis, agama Kristen Protestan masuk ke Indone-

sia bersama dengan masuknya bangsa Belanda.

G. Dampak Perilaku Keagamaan dalam Kehi-

dupan Bermasyarakat

Jika kita mempelajari sejarah perkembangan agama dan

kepercayaan yang ada di Indonesia, kita dapat sekaligus

mempelajari perubahan kebudayaan yang berupa perubahan

perilaku masyarakat Indonesia berkaitan dengan perubahan sistem

religi mereka. Pola perilaku yang berlandaskan ajaran agama

merupakan bentuk dari kebudayaan. Dalam sejarah kebudayaan

bangsa Indonesia telah menghasilkan berbagai corak kebudayaan

yang berlatar belakang pada sistem religi yang memengaruhinya.

Meskipun saat ini hampir semua masyarakat Indonesia telah

memeluk agama yang diyakininya, namun pengaruh kepercayaan

yang merupakan warisan agama asli masih nampak dalam bentuk

warisan

tradisi

.

Sebagai contoh, terjadinya bencana alam yang melanda In-

donesia seperti akhir-akhir ini, antara lain gempa bumi, gunung

meletus, telah menimbulkan reaksi spontan yang berbeda dari

masyarakat. Di kalangan penganut agama, mereka menganggap

bencana sebagai ujian dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena

itu, perlu disikapi dengan pertobatan dan meningkatkan kesabaran.

Hal itu nampak dengan digelarnya berbagai bentuk doa bersama

untuk memohon pengampunan dan keselamatan. Adapun dari

masyarakat yang masih kuat memegang

adat dan tradisi, menganggap bahwa ben-

cana merupakan suatu bentuk peringatan

dari Sang Pencipta agar manusia banyak

melakukan laku prihatin. Hal itu disikapi

dengan melakukan ritual-ritual khusus yang

tidak dijumpai dalam tuntunan ajaran agama.

Dari contoh tersebut dapat kita tarik

sebuah kesimpulan bahwa dengan adanya

kepercayaan dan agama menyadarkan

manusia bahwa manusia salah satu makhluk

yang memiliki banyak keterbatasan. Untuk

itu, perlu mawas diri, karena ada kekuatan

yang lebih besar yang mengatur segala

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat me-

nunjukkan dampak pe-

rilaku keagamaan da-

lam kehidupan berma-

syarakat.

Diskusikanlah dengan

teman kelompok bela-

jar Anda mengenai

dampak penerapan

ajaran agama dalam

kehidupan bermasya-

rakat. Presentasikan

pendapat Anda dalam

diskusi kelas

Praktik Antropologi

(Kecakapan Sosial)

S

Gambar 2.29 Mengeksploitasi alam sekitar hanya demi

memenuhi kebutuhan manusia tanpa memikirkan

keseimbangan alam, merupakan salah satu perilaku yang

sama sekali tidak dijiwai oleh nilai-nilai agama maupun

kepercayaan kepada Sang Pencipta alam semesta.

Sumber:

Ensiklopedi Umum

untuk Pelajar,

2005

Agama dalam

Kehidupan Manusia

103

sesuatu di alam semesta ini. Dengan memiliki keyakinan seperti

itulah (baik yang diperoleh dari ajaran kepercayaan ataupun dari

ajaran agama) manusia dalam berperilaku cenderung rendah hati,

tidak sombong, menyadari sebagai salah satu makhluk (dan bukan

satu-satunya makhluk) ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Oleh karena itu aktivitas manusia yang cenderung merusak

lingkungan, baik merusak hewan, tumbuhan, udara, tanah, dan

sekitarnya serta membunuh sesama manusia, merupakan perilaku

yang tidak sesuai dengan ajaran agama maupun kepercayaan.

H. Fungsi Agama/Religi

Dalam mengemukakan pendapat tentang definisi agama,

Anthony FC Wallace menjelaskan bahwa agama merupakan

seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi mitos dan yang

menggerakkan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud

untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu perubahan

keadaan pada manusia atau alam.

Definisi di atas mengandung suatu pengakuan

bahwa kalau tidak dapat mengatasi masalah serius yang

menimbulkan kegelisahan mereka, manusia berusaha

mengatasinya dengan memanipulasikan makhluk dan

kekuatan supernatural. Untuk itu dipergunakan upacara

keagamaan, yaitu oleh Wallace dipandang sebagai ge-

jala agama yang utama atau agama sebagai perbuatan

(

religion in action

). Fungsi yang utama ialah untuk

mengurangi kegelisahan dan untuk memantapkan

kepercayaan kepada diri sendiri, yang penting untuk

memelihara keadaan manusia agar tetap siap untuk

menghadapi realitas.

Hal ini dapat dimisalkan, orang beragama jika

menghadapi permasalahan yang sulit selalu lari ke sua-

sana doa. Dengan berdoa seseorang mampu memper-

oleh suasana yang hening, teduh sehingga membawa

dampak pada kejernihan dalam berpikir. Selanjutnya

permasalahan yang berat dapat diatasi dengan cara-

cara yang rasional. Melalui doa, sebagai salah satu

bentuk ritual keagamaan/religi dan kepercayaan yang

vital, seseorang dapat menemukan sesuatu yang

dicarinya yang tidak dapat diperoleh di sekitarnya. Inilah

yang merupakan nilai agama/religi dan kepercayaan untuk

menghadapi hidup. Dengan demikian agama dapat dipandang

sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang digunakan oleh

manusia untuk mengendalikan aspek alam semesta yang tidak dapat

dikendalikannya.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

menjelaskan fungsi

agama.

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 2.30

Meskipun dililit kemiskinan

dan kesulitan hidup yang sangat berat, namun

berkat keyakinan terhadap ajaran agama,

manusia tetap

survive

. Agama telah membe-

rikan kekuatan mental dan harapan kepada

penganutnya, karena agama cenderung

mengajarkan bahwa harta duniawi bukanlah

tujuan hidup. Tujuan hidup yang utama adalah

mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi

setelah kematian.

Antropologi SMA Jilid 2

104

Demikian halnya jika manusia dirundung berbagai bencana,

baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa

masyarakat luas. Agama merupakan sandaran utama untuk tetap

bersikap optimis dalam menghadapi berbagai penderitaan di dunia

ini. Ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai hal yang

tidak menyenangkan dalam kehidupan hanya dapat dicapai dengan

mendalami ajaran agama. Pada hakikatnya setiap ajaran agama

mengandung dua unsur ajaran hakiki sebagai berikut.

1.

Segala hal yang berkaitan dengan keadaan di dunia ini (

ima-

nen

).

2.

Segala hal yang berada di luar jangkauan penginderaan ma-

nusia (

transedental

).

Dua unsur ajaran hakiki dari setiap agama tersebut penja-

barannya ada di dalam praktik ritual atau peribadatan, ajaran-ajaran

tentang keberadaan Tuhan (termasuk unsur

transedental

) dan

ajaran mengenai bagaimana menjalin kehidupan dengan sesama

makhluk hidup yang lain (termasuk unsur

imanen

).

Secara umum fungsi agama/religi bagi kehidupan manusia sebagai

berikut.

1. Membantu menemukan identitas moral

Dalam kehidupan manusia, moral

merupakan suatu bentuk tuntutan agar

manusia mampu bersikap dan berperilaku

sesuai dengan norma-norma yang berlaku

dalam kehidupan masyarakat. Namun

sering kali masyarakat umum menilai

moral sebagai bentuk aturan yang

berkaitan dengan etika, khususnya yang

menyangkut norma kesusilaan. Oleh

karena itu orang yang melakukan per-

buatan yang tidak sesuai dengan norma

kesusilaan akan dinilai sebagai orang

yang amoral. Padahal sebenarnya moral-

itas bukan masalah urusan kesusilaan

semata. Pengertian moral mencakup

tentang kondisi mental, di mana manusia

merasakan, mengetahui, dan menghayati

tingkah laku yang baik menurut nilai-nilai

atau norma-norma yang berlaku di tengah

masyarakat. Dengan demikian setiap

perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku (bukan

hanya mencakup kesusilaan saja), maka bisa dikategorikan

sebagai bentuk perilaku yang amoral.

Sumber:

http://images.gogle.co.id

S

Gambar 2.31

Moralitas selalu berkaitan dengan norma

yang berlaku. Dengan demikian perilaku yang melanggar

norma-norma sosial dikategorikan sebagai bentuk

perilaku yang melanggar azas moralitas. Bagaimana

pendapatmu dengan pengendara sepeda motor yang tidak

mengenakan helm? Padahal mengenakan helm standar

saat mengendarai sepeda motor merupakan salah satu

norma yang wajib dipatuhi?

Agama dalam

Kehidupan Manusia

105

Moralitas dalam kehidupan suatu masyarakat memiliki

sifat baku, namun juga bersifat dinamis. Bersifat baku artinya

aturan dan norma yang berlaku di tengah kehidupan ma-

syarakat merupakan hal yang pasti dan setiap anggota

masyarakat tersebut harus mengikutinya. Sifat dinamis artinya

pada saat tertentu aturan dan norma tersebut dapat berubah

karena kondisi masyarakat menuntut demikian. Hal ini dapat

dimisalkan pada norma yang berlaku dalam pergaulan remaja

pada 25 tahun yang lalu berbeda dengan norma yang berlaku

sekarang. Apa yang dilakukan remaja masa sekarang mungkin

dianggap sebagai suatu yang di luar batas norma atau dianggap

sebagai suatu perilaku amoral menurut penilaian 25 tahun yang

lalu. Hal itu disebabkan batasan norma pergaulan pada masa

lampau jauh berbeda dengan pola pergaulan yang sekarang.

Keberadaan ajaran agama/religi menjawab tantangan

akan sifat fleksibilitas moral tersebut dengan memberikan

kepastian yang tegas tentang batasan moral dalam perilaku

manusia. Ajaran agama yang bersifat mutlak memberikan

pedoman tentang berperilaku secara konsisten.

Sebagai contoh, masyarakat mungkin bisa saja mem-

berikan toleransi kepada pelaku korupsi atau nepotisme

sebagai suatu hal yang dianggap wajar, namun agama secara

tegas menyatakan bahwa segala bentuk kecurangan maupun

ketidakadilan merupakan dosa. Segala perilaku yang tidak

sesuai dengan ajaran agama merupakan suatu bentuk penyim-

pangan dan nanti di akhirat akan memperoleh balasan yang

setimpal dengan segala perbuatannya itu, meskipun apa yang

dilakukan tidak pernah diketahui oleh orang lain.

Oleh karena itu, jika manusia kebingungan menghadapi

keadaan dunia yang dinilai telah rusak, di mana kebenaran

dan pembenaran sulit dibedakan, ajaran agama/religi mem-

berikan tuntunan yang pasti dan mutlak. Dengan berpedoman

pada ajaran agama/religi yang diyakininya seseorang akan

mampu mengendalikan segala perilakunya sekaligus mene-

mukan identitas moral yang pasti.

2. Membantu menyelesaikan permasalahan hidup

Di dunia ini ada banyak agama yang tumbuh dan ber-

kembang, masing-masing memiliki keunikan atau ciri khas,

namun setiap ajaran agama memiliki tujuan yang sama, yaitu

memberikan tuntutan kepada para penganutnya untuk dapat

mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.

Kita perlu menyadari pula bahwa tidak semua manusia

di dunia ini beragama. Bahkan ada negara di dunia ini yang

secara tegas masyarakatnya menyatakan atheis, meskipun di

Antropologi SMA Jilid 2

106

negara tersebut berbagai macam agama tumbuh dan ber-

kembang dengan baik. Namun semua manusia baik yang

beragama atau tidak, senantiasa menghendaki kehidupan yang

sejahtera lahir dan batin, dalam arti kecukupan sandang,

pangan, papan, segala kebutuhannya terpenuhi serta kete-

nangan dalam menjalani kehidupan. Tak ada satu pun manusia

yang senang hidup dalam kondisi serba kekurangan, penuh

konflik atau kekacauan.

Satu hal yang membedakan manusia beragama dengan

yang tidak beragama, yaitu dalam hal menghadapi suatu

permasalahan. Orang yang beragama senantiasa mengatasi

berbagai permasalahan dengan menggunakan kemampuan

berpikirnya yang berpedoman pada ajaran agama, sedangkan

orang yang tidak beragama cenderung mengatasi permasalah-

an hanya berdasarkan pada logika atau unsur kemampuan

berpikirnya saja. Padahal kemampuan dan kekuatan manusia

adalah terbatas, sedangkan permasalahannya tak terbatas.

Keberadaan agama/religi meningkatkan kesadaran hidup

dalam diri manusia dan kondisi eksistensinya untuk menjawab

dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi. Jika

manusia bersedia menerima nilai-nilai yang terkandung dalam

ajaran agama, segala permasalahan yang dihadapinya dapat

diselesaikan dengan cara yang memuaskan.

Sering kali orang de-

ngan dalih membela

agama melakukan pe-

nyerangan dengan

melukai bahkan mem-

bunuh orang lain.

Bagaimanakah pen-

dapat Anda mengenai

hal ini? Presentasikan

pendapat Anda dalam

diskusi kelas.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal)

Sumber:

http://images.gogle.co.id

S

Gambar 2.32

Berbagai kemudahan yang dapat dicapai oleh orang kaya,

bukan berarti telah terjamin kesejahteraan hidupnya. Agama/religi, mem-

bantu manusia menemukan kesejahteraan lahir dan batin. Karena agama/

religi dan kepercayaan membantu manusia mengarahkan cara mencari nafkah

yang menenteramkan hati.

Agama dalam

Kehidupan Manusia

107

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk

Pelajar,

2005

S

Gambar 2.33 Peperangan yang terus terjadi, entah

dengan berbagai alasan apapun, tindakan saling meng-

hancurkan menunjukkan ketidaksadaran manusia

sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang harus meng-

hargai dan menghormati sesama ciptaan-Nya.

Munculnya sikap pasrah menghadapi berbagai permasa-

lahan hidup dan menjalani segala kesulitan dan tantangan

hidup dengan ikhlas tanpa mengeluh, merupakan salah satu

wujud penyelesaian masalah secara memuaskan yang

berlandaskan ajaran agama. Ciri khas pola hidup yang sesuai

dengan ajaran agama/religi adalah diperolehnya ketenangan

batin yang dimiliki oleh seseorang, dan bukan dalam bentuk

kelimpahan materi semata.

3. Meningkatkan kehidupan sosial dan mempererat

kohesi sosial

Kodrat manusia selain sebagai makhluk individu, juga

sebagai makhluk sosial. Ketergantungan manusia terhadap

sesama manusia untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya

merupakan suatu yang mutlak diperlukan. Wujud konkret dari

unsur imanen dalam ajaran agama/religi adalah bagaimana

manusia menjalin kehidupan bersama dengan sesama manusia.

Tidak ada satu pun ajaran agama/religi dan kepercayan yang

menganjurkan pengikutnya untuk memusuhi orang lain. Melalui

berbagai cara yang mungkin berbeda, setiap ajaran agama/

religi senantiasa mengajarkan para pengikutnya untuk

mencintai, menghormati, dan menghargai orang lain. Bahkan

terhadap binatang pun manusia diharapkan untuk tidak

sewenang-wenang. Ajaran tersebut merupakan penegasan

bahwa salah satu cara menjunjung tinggi Sang Pencipta adalah

dengan menghargai dan menghormati semua ciptaan-Nya.

Dengan demikian orang yang melecehkan ciptaan-Nya identik

dengan merendahkan Sang Penciptanya. Oleh karena itu,

agama/religi mengajarkan perlunya menciptakan hubungan

yang baik dengan sesama.

Tindakan mencintai, menghormati,

dan menghargai sesama banyak caranya,

misal menunjukkan sikap ramah, sikap

tolong menolong, kerja sama, saling men-

jaga perasaan, sikap rendah hati dalam

pergaulan dan segala bentuk perilaku yang

mencerminkan kesopanan dan kesusilaan.

Munculnya kekacauan atau konflik

dikarenakan adanya sikap ingin menguasai,

yang berarti menunjukkan kesombongan.

Padahal tidak satu pun ajaran agama/religi

yang menyetujui sikap sombong.

Jika setiap pengikut agama/religi

berpedoman pada ajaran agama/religi yang

dianutnya, maka akan terbentuk sikap

Antropologi SMA Jilid 2

108

RANGKUMAN

x

Agama/religi merupakan pedoman hi-

dup manusia untuk mencapai kebaha-

giaan di dunia dan akhirat.

x

Ditinjau dari sumber asalnya, agama

dibedakan menjadi dua, yaitu agama

alam (

natural religion

) adalah agama

yang diciptakan manusia, dan agama

wahyu (

revealed religion

) adalah aga-

ma yang diturunkan oleh Tuhan kepada

Rasul-Nya (utusan-Nya) dengan diberi

wahyu untuk disampaikan kepada

manusia.

x

Agama alam (

natural religion

) ini da-

lam kehidupan masyarakat proto sejarah

yang kebudayaannya masih tergolong

primitif diwujudkan dalam bentuk:

Fetishisme

adalah bentuk religi

yang didasarkan pada kepercayaan

akan adanya jiwa atau roh dalam

benda-benda tertentu.

Animisme

adalah bentuk religi yang

didasarkan pada kepercayaan bah-

wa alam sekitar manusia berdiam

berbagai macam roh.

Animatisme

adalah bukan meru-

pakan bentuk religi namun merupa-

kan sistem kepercayaan bahwa

benda-benda dan tumbuh-tumbuhan

di sekeliling manusia memiliki jiwa

dan bisa berpikir seperti manusia.

Pre animisme

adalah bentuk religi

yang berdasarkan pada kepercaya-

an kepada kekuatan sakti yang ada

dalam segala hal yang luar biasa dan

terdiri atas aktivitas-aktivitas religius

yang berpedoman kepada keperca-

yaan tersebut. Kepercayaan ini juga

sering disebut sebagai

dynamisme

.

Totemisme

adalah bentuk religi

yang ada dalam masyarakat yang

terdiri atas kelompok-kelompok

kekerabatan yang unilineal, dan

berdasarkan kepercayaan bahwa

kelompok-kelompok unilineal tadi

masing-masing berasal dari dewa-

dewa nenek moyang mereka.

Polytheisme

adalah bentuk religi

yang berdasarkan kepercayaan ke-

pada satu sistem yang luas dari

dewa-dewa dan terdiri atas upacara-

upacara guna memuja dewa-dewa

tadi.

x

Komponen agama meliputi:

– emosi keagamaan;

– sistem kepercayaan;

– sistem upacara keagamaan;

– kelompok keagamaan.

x

Agama mengandung tiga inti pokok

dasar sebagai berikut.

– Iman

– Ibadat (liturgi)

– Akhlak

x

Bangsa Indonesia sejak zaman proto

sejarah (purba) telah mengenal keper-

cayaan yang merupakan bentuk agama

asli, sebelum mengenal agama wahyu.

solidaritas masyarakat, yaitu sikap yang menumbuhkan rasa

kesatuan antarwarga dalam suatu masyarakat. Untuk

mewujudkan suasana kerukunan dalam masyarakat sangat

diperlukan kesadaran setiap anggota masyarakat bahwa

sesama ciptaan Tuhan perlu saling menghargai dan meng-

hormati, sebagai bentuk perwujudan konkret ketaatan dan

penghormatan kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta.

Agama dalam

Kehidupan Manusia

109

Misal agama asli orang Nias disebut

Pelbegu, agama asli orang dayak dise-

but Kaharingan, dan lain-lain.

x

Agama yang pertama kali dikenal bang-

sa Indonesia adalah agama Hindu.

x

Penyebaran agama-agama di Indone-

sia dilakukan oleh kaum brahmana, kaum

pedagang, zending, dan misionaris.

x

Fungsi agama bagi kehidupan manusia

sebagai berikut.

– Untuk membantu manusia menemu-

kan identitas moral.

– Untuk membantu manusia meng-

atasi berbagai bentuk permasalahan

hidup.

– Membantu manusia meningkatkan

kehidupan sosial dan kohesi sosial.

UMPAN BALIK

Coba Anda diskusikan kembali materi bab ini dengan baik,

agar Anda menguasai dan paham tentang agama-agama dan

kepercayaan yang berkembang di Indonesia. Apabila ada materi

yang belum Anda kuasai, tanyakan kepada teman atau bapak/

ibu guru. Sesudah paham materi bab ini, selanjutnya pelajarilah

bab berikutnya pada buku ini.

UJI KOMPETENSI

Coba kerjakan di buku kerja Anda.

A. Pilihlah salah satu jawaban soal berikut dengan tepat.

1. Agama bersifat mutlak, artinya ....

a. harus dijalankan dengan sepenuh hati

b. merupakan pedoman hidup yang

berasal dari Sang Pencipta alam

semesta

c . memiliki kemampuan menyelesaikan

berbagai permasalahan hidup

d. tidak mengalami perubahan dan tidak

boleh dirubah

e. tidak memerlukan pola pemikiran

yang rasional

3. Bentuk kepercayaan tentang adanya

jiwa-jiwa dalam benda-benda tertentu,

disebut ....

a. animisme

b. totemisme

c . dynamisme

d. pre animisme

e. fetishisme

3. Masyarakat adat Nias pada zaman proto

sejarah menyembah roh leluhur dengan

membuat patung kayu yang disebut ....

a. boto

b. begu

c . lumo-lumo

d. adu

e. bekhu

4. Masyarakat adat pantai utara Papua,

sebelum mengenal agama, mereka

mempercayai bahwa jiwa orang yang

telah meningal akan berubah menjadi

roh yang disebut ....

a. kepka

b. sepro

c . fonggumu

d. nar

e. kenya

Antropologi SMA Jilid 2

110

5. Jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki

seseorang menurut kepercayaan adat

suku Batak disebut ....

a. tondi

d. peleon

b. solobeon

e. begu

c. sahala

6. Orang Dani mempercayai Atou, yaitu

....

a. roh nenek moyang yang bertempat

tinggal di sekitar manusia

b. tempat di mana nenek moyang

mereka berasal

c. kekuatan sakti yang berasal dari

nenek moyang

d. roh yang menempati batu besar atau

pepohonan

e. adanya kehidupan abadi setelah

kematian

7. Agama Hindu pertama kali tumbuh dan

berkembang di Indonesia pada masa

kerajaan ....

a. Mataram Kuno

b. Kutai

c. Kahuripan

d. Tarumanegara

e. Sriwijaya

8. Agama Islam masuk ke Indonesia per-

tama kali di kerajaan ....

a. Demak

b. Tarumanegara

c . Banten

d. Samudera Pasai

e. Sriwijaya

9. Agama Kristen Protestan masuk ke In-

donesia pada masa ....

a. keruntuhan Majapahit

b. pendudukan Jepang

c . masuknya Portugis

d. keruntuhan Sriwijaya

e. VOC

10. Salah satu bukti kejayaan agama Buddha

di Indonesia pada masa lampau adalah

....

a. candi Prambanan

b. candi Borobudur

c. gapura Bajang Ratu

d. yupa di Kutai

e. prasasti Canggal

3. Mengapa agama dapat digunakan se-

bagai landasan dalam hidup di dunia ini?

Uraikan pendapat Anda.

4. Apa yang akan Anda lakukan jika ada

seseorang yang menganut aliran sesat?

Uraikan pendapat Anda.

5. Sebutkan contoh konkret kegiatan se-

seorang/masyarakat yang dapat meru-

sak sistem agama/religi dan kepercayaan

yang sudah berkembang dalam ma-

syarakat. Uraikan pendapatmu.

B . Jawablah soal berikut dengan jawaban yang tepat.

1. Kepercayaan yang berkembang dalam

masyarakat Indonesia sangat banyak

sekali dan biasanya berkaitan dengan

hal-hal gaib. Coba Anda tuliskan salah

satu kepercayaan tersebut serta hal-hal

gaib yang ada.

2. Dengan adanya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, perhatian

masyarakat terhadap kepercayaan mulai

pudar. Bagaimana pendapat Anda

dengan pernyataan tersebut? Uraikan

pendapat Anda.

Agama dalam

Kehidupan Manusia

111

STUDI KASUS

Pada akhir-akhir ini kita sering men-

dengar berita dari berbagai media massa

mengenai kejadian kerusuhan yang berbau

SARA. Bangsa Indonesia yang terkenal

dengan keanekaragaman budaya, agama,

dan adat istiadat menjadi tercemar oleh

kejadian-kejadian tersebut. Pengaruh-

pengaruh dari luar nampaknya mudah

masuk dan merubah pola pikir masyarakat

kita. Tindakan anarkis, nampaknya meru-

pakan sarana yang ampuh untuk menye-

lesaikan persoalan. Sikap egoisme dan

arogansi menjadi watak yang menonjol

pada masyarakat kita saat ini. Kebudayaan

timur yang kita miliki sudah mulai pudar

dan digantikan dengan kebudayaan anar-

kis.

Berdasarkan uraian singkat mengenai

kondisi masyarakat kita saat ini, berikan

komentar, pendapat, atau saran mengenai:

1.

faktor-faktor penyebab masuknya bu-

daya-budaya yang tidak sesuai dengan

kepribadian bangsa Indonesia;

2.

analisislah permasalahan tersebut

melalui pendekatan antropologi.

Claude Levi Strauss

Claude Levi

Strauss adalah ahli

antropologi dari

Prancis, yang ter-

kenal melalui me-

tode pendekatan

struktural dalam

kajian antropologi

budaya.

Claude Levi Strauss lahir di Brussel,

Belgia pada tanggal 28 November 1908.

Ia mengawali karirnya sebagai akademi-

kus di Universitas Sorbonne, Paris. Pada

tahun 1935, ia mengajar di Sao Paolo, Bra-

zil. Metode pendekatan struktural Levi

Strauss dikembangkan dari teori linguistik.

Secara umum, pandangan struktural Levi

PROFIL

Strauss meyakini adanya pola tertentu yang

mendasari kebudayaan, perilaku, bahasa,

dan kepercayaan suatu masyarakat.

Pada tahun 1959, Levi Strauss diang-

kat sebagai ketua program antropologi

sosial di Akademi Prancis. Di akademi ini,

ia berupaya agar antropologi dapat berdiri

sebagai disiplin ilmu tersendiri. Karya-

karya ilmiahnya antara lain

Structural An-

thropology

,

The Savage Mind

, dan

Mythologiques

. Melalui karyanya terse-

but, ia mendapat sejumlah penghargaan

dari Akademi Prancis dan Erasmus Prize

dari Belanda tahun 1973. Pada tahun 2003,

ia meraih penghargaan Meister Eckhart

Prize for Philosophy, Jerman.

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk

Pelajar,

2005

Antropologi SMA Jilid 3

112

ULANGAN SEMESTER 1

Coba kerjakan di buku kerja Anda

A. Pilihlah salah satu jawaban soal berikut dengan tepat.

1. Ditemukannya bahasa Sanskerta dalam

kehidupan manusia Indonesia purba

menunjukkan adanya pengaruh

kebudayaan dari ....

a. Malaka

b. Arab

c. India

d. Cina

e. Persia

2. Seni pada masa proto sejarah lebih me-

nekankan pada aspek ....

a. fungsional

b. estetika

c. materialnya

d. etika

e. simbolisnya

3. Benda peninggalan masa kuno yang

berupa kubur batu disebut ....

a. dolmen

b. menhir

c. nekara

d. sarkofagus

e. yupa

4. Kapak perunggu, merupakan salah satu

contoh benda purba yang menunjukkan

seni ....

a. patung

b. lukis

c. kerajinan

d. pahat

e. relief

5. Seni bangunan atau arsitektur merupa-

kan paduan antara ....

a. seni patung dan seni rupa

b. seni relief dan kepercayaan

c. karya seni dan kerajinan

d. karya seni dan pengetahuan

e. seni pahat dan seni lukis

6. Seni bangunan pada masa Indonesia

kuno yang masih dapat ditelusuri be-

rupa ....

a. bangunan keraton

b. fosil-fosil manusia purba

c. prasasti atau batu bertulis

d. bangunan candi

e. goa proto sejarah

7. Seni rupa yang berkembang pada masa

Indonesia kuno meliputi berikut ini,

kecuali

....

a. seni kerajinan

b. seni sastra

c . seni relief

d. seni lukis

e. seni patung

8. Hikayat Amir Hamzah merupakan salah

satu karya sastra yang bersumber dari

....

a. Malaka

b. Persia

c. India

d. Arab

e. Samudra Pasai

9. Suluk, merupakan salah satu jenis seni

....

a. sastra

b. rupa

c. suara

d. tari

e. musik

10. Berikut ini anggota Sanggar Pelukis

Rakyat saat didirikan,

kecuali

....

a. Trubus Soedarsono

b. Kusnadi

c. Hendra Gunawan

d. Setjojoso

e. Rustamadji

Ulangan Semester 1

113

11. Perkembangan seni patung di Jawa erat

kaitannya dengan perkembangan seni

....

a. lukis

b. sastra

c . relief

d. kerajinan

e. bangunan

12. Bentuk benteng Portugis pada umumnya

berupa ....

a. ellips

b. segitiga sama kaki

c. tak beraturan

d. segitiga siku-siku

e. belah ketupat

13. Pasar Johar-Semarang, merupakan sa-

lah satu karya arsitek ....

a. Heman Thomas Karsten

b. DW Berrety

c. Henry Maclaine Pont

d. CP Wolf Schoemaker

e. W. Lemei

14.

Mrdangga, Murawa, Tuwung

, dan

Padahi

, adalah kata-kata yang tertulis

dalam suatu prasasti kuno, tulisan

tersebut merupakan petunjuk adanya

perkembangan di bidang ....

a. seni musik

b. bangunan

c. seni lukis

d. seni rias

e. seni sastra

15. Alat musik telah dikenal sejak zaman In-

donesia kuno, terbukti pada dinding

candi sukuh terdapat alat musik ....

a. gong

b. terompet

c. kendang

d. saron

e. rebab

16. Kata mamirus yang terdapat pada se-

buah prasasti mengandung makna ....

a. tari topeng

b. musik tiup

c. sejenis makanan

d. syair kuno

e. sejenis lagu

17. Dalam kitab Kidung Harsawijaya dilu-

kiskan bahwa pada masa itu telah ber-

kembang seni melawak. Hal itu ditun-

jukkan dengan adanya kata ....

a. angigelaken

b. angringgit

c. agugujengan

d. anepuk

e. amidu

18. Bentuk wayang kulit yang sekarang

berkembang di Jawa merupakan hasil

penyempurnaan pada masa ....

a. Majapahit

b. Demak

c. Kahuripan

d. Kediri

e. Mataram Kuno

19. Ludruk merupakan salah satu seni per-

tunjukan tradisional masyarakat ....

a. Palembang

b. Betawi

c. Bugis-Makassar

d. Pasundan

e. Jawa Timur

20. Tari Tor-Tor merupakan salah satu seni

pertunjukan masyarakat adat ....

a. Dayak

b. Mentawai

c. Bugis

d. Batak

e. Minangkabau

Antropologi SMA Jilid 3

114

B . Jawablah soal berikut dengan jawaban yang tepat.

1. Kesamaan apa yang muncul dalam

kesenian di berbagai daerah di Indone-

sia? Berikan alasan Anda secara akurat.

2. Dalam upacara kepercayaan, sering

dimunculkan kesenian adat, misalnya

musik adat atau tarian adat. Apa tu-

juannya? Uraikan pendapat Anda ber-

dasarkan kajian antrolopogi.

3. Mengapa agama Islam mudah me-

nyebar di wilayah Indonesia? Tinjaulah

dari aspek antropologi.

4. Sebagai umat beragama kita harus

saling toleransi terhadap agama lain.

Mengapa kita harus bersikap demikian?

Uraikan alasan Anda.

5. Menurut Anda, bagaimana cara me-

ngembangkan budaya nasional yang ti-

dak bertentangan dengan norma-norma

agama yang berlaku di Indonesia?